"Serangkaian kejadian dalam hidup yang terjadi tanpa direncanakan, itulah takdir. Takdir baik atau takdir buruk yang terjadi tidak bisa diubah karena itu ketetapan"
-Yuna to Rudi-
Di Indomarket, Yuna meminta temannya untuk menggantikan pekerjaannya. Yuna izin untuk pulang lebih awal karena merasa tidak enak badan. Teman kerja Yuna memaklumi hal tersebut karena Yuna juga tampak sedikit pucat. Arya khawatir pada Yuna dan ia mengajak Yuna untuk pulang bersamanya. Tapi Yuna menolak ajakan Arya dan ia bersikeras ingin pulang sendiri dengan mengendarai motor matic birunya yang terparkir di luar Indomarket.
Sebelum menuju jalan pulang, Yuna pergi ke pasar untuk membeli pisang kepok sesuai dengan permintaan Ibunya kemarin malam.
Setelah sampai di rumahnya, Yuna mendapat telpon dari Ibunya.
"Kamu udah buat pisang gorengnya Yun?" tanya Ibu Yuna ditelpon.
"Baru juga sampai rumah Bu" jawab Yuna sambil menutup pintu rumahnya.
"Nanti pisangnya langsung dianter ke tetangga baru kita ya. Yang nempatin rumah pak Ujang. Jangan lupa kamu" pesan Ibu Yuna.
"Iya Bu" jawab Yuna dengan pasrah.
Yuna kemudian menuju ke dapurnya, memotong beberapa pisang yang ia beli tadi, dan membuat adonan tepung pisang goreng. Ia juga menghidupkan kompor dan menyiapkan sebuah kuali untuk menggoreng pisang yang telah dilumuri tepung.
Saat menggoreng pisang, pikiran Yuna sangat tak fokus karena penjelasan Arya mengenai semua sikap Siska dan juga hubungan spesial kakaknya dengan Rudi. Ia kembali termenung dan memikirkan hal tersebut, hingga ia tak sadar jika pisang yang sedang ia goreng sudah hampir gosong.
Yuna segera mematikan kompor dan mengangkat pisang yang terlihat hampir gosong itu. Yuna hanya berdecak kesal melihat pisang yang ia goreng, namun ia memutuskan tetap mengantar pisang goreng yang hampir gosong itu pada tetangga barunya karena stok tepung untuk membuat adonan pisang goreng yang baru sudah habis.
Yuna meyakinkan dirinya untuk mengantar pisang goreng yang hampir gosong itu pada tetangga barunya.
"Kan yang penting aku anter. Tetangga baru itu juga harusnya bersyukur udah dikasih makanan" ucap Yuna meyakinkan dirinya.
Yuna kemudian melangkahkan kakinya keluar dengan membawa sepiring pisang goreng ditangannya. Ia mengunci pintu rumahnya terlebih dulu, sebelum menuju rumah tetangga barunya.
"Gak perlu terlalu ramah, cuma diantar aja, langsung pulang ke rumah dan tidur" gumam Yuna pada dirinya sendiri saat berjalan menuju rumah tetangga barunya.
Saat sampai di rumah tetangga barunya, Yuna menyapa seorang lelaki yang sedang sibuk memompa sepedanya.
"Permisi. Kamu tetangga baru disini? Ibuku menyuruhku untuk memberimu ini" sapa Yuna sambil menyodorkan pisang goreng yang ia bawa.
Ketika lelaki itu menoleh ke arahnya, Yuna hanya tercengang dan hampir menjatuhkan sepiring pisang goreng yang ia bawa. Takdir buruk, ia terus berjumpa Rudi. Jika pepatah orang tua mengatakan jika terus bertemu berarti jodoh, tapi Yuna merasa itu bukan jodoh itu adalah kesialan karena ia akan terus dimarahi oleh Rudi.
"Kenapa kau ada disini?" tanya Rudi yang merupakan tetangga baru Yuna.
"Jadi kau tetang..ga baru..nya?" tanya Yuna tergagap karena sangat terkejut.
"Aku lebih tua, jadi tolong lebih hormat" tegas Rudi.
Saat Yuna masih sangat terkejut bahwa tetangga barunya adalah Rudi, muncul seorang lelaki paruh baya yang adalah Ayah Rudi.
"Kamu cari siapa dek?" tanya Ayah Rudi dengan ramah.
"Ibu saya bilang kalau dia mau kasih ini untuk Bapak dan Bang Rudi" ucap Yuna dengan sopan sambil menyodorkan pisang goreng yang ia bawa.
Rudi hanya tersenyum sinis melihat pisang goreng yang disodorkan oleh Yuna.
"Kau yakin ikhlas ngasihnya? Itu kelihatan hampir gosong" celetuk Rudi.