"Lebih baik dibenci karena menjadi jujur dengan dirimu sendiri.
Daripada dicintai karena menjadi orang lain yang kadang disebut munafik"
-Yuna-
Setelah keluar dari ruangan Bu Ina, Yuna segera disambut oleh kedua temannya. Mereka terus mencecar Yuna dengan berbagai pertanyaan.
"Bu Ina menasehatimu agar sikapmu gak bar-bar lagi?" tanya Indah penasaran.
"Apa ini karena kejadian kantin kemarin? Bu Ina tahu?" tanya Laras juga penasaran.
"Makanya sadar Yun, jangan bar-bar lagi sama orang. Mukamu aja yang polos, tapi sikapmu bar-bar" ucap Indah pada Yuna.
Yuna merasa kesal dengan pertanyaan dan ucapan kedua temannya. Ia yang tadinya tidak peduli langsung menoleh dan menghentikan ocehan kedua temannya itu.
"Siapa yang bar-bar? Sikapku gak gitu. Lagian bukan itu yang dibicarakan Bu Ina" jelas Yuna pada kedua temannya.
"Jadi bicarain apa?" tanya Laras penasaran.
"Bu Ina cuma bicarain tentang beasiswa. Dia nanya apa aku mau atau gak dengan beasiswa itu" jawab Yuna singkat.
"Terus kau mau?" tanya Indah kembali.
"Aku gak mau, karena asal usul beasiswanya gak jelas" ucap Yuna.
Kedua teman Yuna kemudian menghela nafas lega karena Yuna tidak dipanggil Bu Ina karena suatu masalah.
"Kalian berdua lega karena aku gak terima beasiswa itu?" tanya Yuna pada kedua temannya.
"Bukan. Kami bersyukur kau gak dipanggil karena suatu masalah. Aku pikir mahasiswa yang membencimu mulai melaporkan tentang sikapmu pada dosen" celetuk Indah.
"Aku juga tahu kalau banyak yang benci dan mengataiku pelit. Tapi aku hanya jujur, memangnya aku harus berbohong agar gak dibenci orang? Bukannya itu yang disebut munafik?" tanya Yuna yang membuat kedua temannya terdiam.
***
Setelah menyelesaikan jadwal kuliahnya, Yuna segera mengambil motornya yang terparkir di lantai dasar gedung A. Namun, saat ingin mengambil motornya Yuna melihat seseorang sedang duduk di motornya dan menunggu kedatangannya.
"Kakak mau apa? Kenapa duduk di motorku?" tanya Yuna pada Siska yang tiba-tiba duduk di motornya.
"Aku punya beberapa dokumen penting untukmu. Mau bicara sebentar? Rasanya gak enak kalau dibicarakan disini" ucap Siska dengan menyodorkan dokumen penting itu pada Yuna.
Yuna hanya menuruti permintaan Siska. Mereka mulai berbicara mengenai dokumen penting yang dibawa Siska di kantin gedung A.
"Kau dapat tawaran spesial dari pihak rektorat. Ini adalah tawaran pertukaran mahasiswa ke luar negeri. Dan juga kau dapat beasiswa spesial dari Pemprov" ucap Siska menjelaskan isi dokumen yang ia bawa.
"Apa ini semuanya benar? Aku mendapat tawaran beasiswa juga pagi tadi. Siang ini mendapat yang lebih spesial lagi. Wah apa mahasiswa semester awal sepertiku bisa dapat ini semua?" tanya Yuna yang curiga pada tawaran yang diberikan Siska.
"Tentu, kau berpestasi. Nilaimu sangat bagus, jadi.."
Yuna memotong ucapan Siska yang hanya berusaha mencari alasan yang tepat untuk meyakinkannya.
"Apa kakak takut?" tanya Yuna.
"Aku? Apa yang ku takutkan memangnya?" tanya Siska berpura-pura bingung.