Someday

Weni Dwi Susanti
Chapter #16

Step by Step #1

"Teruslah berusaha untuk menjatuhkan ku dan membuat ku menderita.

Aku tak menyerah, aku akan terus bangkit dan maju dengan caraku sendiri"

-Yuna to Siska-

Yuna dan Ibunya kembali ke rumah mereka, setelah kondisi Ibu Yuna membaik. Ia membawakan tas Ibunya ke dalam kamar dan mengeluarkan barang yang ada di tas Ibunya satu persatu.

"Ibu gak mikir kalau kebakaran warung kita itu disengaja?" tanya Yuna sambil membereskan barang Ibunya.

"Ibu bilang apa kemarin? Ini musibah. Gak perlu mikirin yang macam-macam. Yang perlu dipikirkan sekarang adalah cara kita melanjutkan hidup setelah musibah itu" jelas Ibu Yuna dengan tersenyum.

"Gimana Ibu bisa sekuat ini? Aku aja hampir mau menyerah rasanya kemarin" ucap Yuna sambil menyandarkan kepalanya di bahu Ibunya.

"Kenapa kamu jadi anak manja? Ibu tentu kuat, bahkan mungkin Ibu bisa aja kalahin Chris John sekarang" ucap Ibu Yuna bercanda.

Ibu Yuna kemudian mengusap kepala Yuna dengan lembut.

"Selama kita hidup, musibah tentu saja akan datang. Ini hanya masalah pilihan kita, harus menyerah atau tetap bangkit dan maju" ucap Ibu Yuna yang membuat Yuna kembali semangat.

***

Sementara itu, Arya meminta Ayahnya untuk melaporkan kembali kasus kematian Sena dengan tujuan membuka kebenaran yang selama ini ditutupi. Arya memberikan Ayahnya dokumen kematian Sena yang diberikan Pak Murdi.

"Bukti ini, sebenarnya semuanya cukup jelas. Dia ditabrak oleh mobil ini. Tapi kenapa polisi justru menyimpulkan kalau dia bunuh diri?" tanya Ayah Arya sambil mengamati dokumen kematian Sena.

"Pak Murdi bilang kalau polisi dibayar mahal oleh pihak Bina Mulia untuk menyimpulkan seperti itu. Itu juga karena pernyataan dari saksi kunci yang bilang kalau Sena mati karena bunuh diri" jelas Arya sambil memperlihatkan kertas laporan kematian Sena.

"Keterangan saksi kunci itu bertolak belakang dengan bukti yang didapat. Dia jelas berbohong. Siapa saksi kuncinya?" tanya Ayah Arya pada anaknya.

"Siska, anak pak Hartono. Padahal dia dulu sahabat Sena. Tapi dia berbohong tentang kematian Sena pada polisi" jelas Arya lagi pada Ayahnya.

"Apa pak Hartono yang sengaja menyuruhnya untuk berbohong seperti itu? Kau tahu pak Hartono itu juga punya cukup banyak kasus. Dia sangat licik dan menutupi semua bukti kasusnya hingga polisi gak bisa menahannya" jelas Ayah Arya mengenai Pak Hartono.

Ayah Arya kembali mengamati bukti dan laporan kematian Sena. Ia kemudian memberikan pendapatnya pada Arya agar dapat membuka kebenaran kasus kematian Sena.

"Siska itu temanmu saat SMA kan? Kalau gitu dekati dia dan buat dia berkata jujur tentang penyebab kematian Sena yang sebenarnya" ungkap Ayah Arya.

Arya menolak keras pendapat Ayahnya itu. Baginya sangat tidak mungkin untuk mendekati Siska yang sudah terlanjur benci padanya, itu akan sangat sulit. Dan lagi Siska tahu jika Arya ada di pihak Yuna, jadi tidak mudah bagi Arya untuk membuat Siska berkata jujur tentang kematian Sena.

***

Setelah kondisinya membaik, Rudi kembali latihan di kampusnya untuk persiapan lomba balap sepeda bulan depan. Rudi latihan di lapangan yang ada di dekat gedung C milik fakultas ekonomi.

Rudi sedang sibuk berlatih dengan sepedanya. Sementara para mahasiswi dari bangku penonton terus menyoraki dan menyemangatinya. Salah satu orang yang paling bersemangat melihat Rudi saat latihan adalah Siska.

Siska tak peduli meskipun Rudi sering mengabaikannya, ia tetap bersikeras untuk mengejar Rudi dan mendapatkan hatinya. Siska membawa handuk putih kecil, air putih kemasan, dan beberapa vitamin yang akan ia berikan untuk Rudi setelah selesai latihan.

Siska terus memperhatikan wajah Rudi saat latihan, sedangkan Rudi tidak menatap ke arah Siska duduk. Rudi melihat sekilas ke arah bangku penonton, di dalam hatinya ia berharap jika Yuna bisa datang untuk menyaksikan latihannya.

Setelah selesai latihan, Rudi mengambil tas ranselnya yang ada di pinggir lapangan. Ia mengeluarkan air minum yang ia bawa dan hendak meminumnya. Namun saat hendak minum, ia dihampiri oleh Siska yang memberikannya air putih kemasan dan handuk putih kecil.

"Lap keringatmu sebelum minum. Bajumu basah dengan keringat" ucap Siska sambil memberi Rudi handuk putih kecil yang ia bawa.

"Oh kau disini? Tadi aku gak melihatmu. Terimakasih handuknya" ucap Rudi yang kali ini terdengar ramah pada Siska.

Siska hanya tercengang dengan respon yang diberikan Rudi. Ia terus bertanya dalam hatinya apakah Rudi sudah mulai membuka hati untuknya.

Lihat selengkapnya