Someday

Weni Dwi Susanti
Chapter #17

Step by Step #2

"Sekarang semua orang begitu egois untuk mendapat keinginannya.

Aku juga akan begitu, semua yang aku inginkan akan aku dapatkan"

-Siska-

Pak rektor masih berdebat dengan Yuna yang mengancamnya balik dengan bukti yang ia punya.

"Aku tidak berencana mengeluarkanmu dari kampus. Justru jika kau tidak mau berhenti, maka terima konsekuensinya. Mungkin aku akan membuatmu merasa tersiksa selama di Bina Mulia" balas pak rektor.

"Udah selesai ngomongnya? Aku juga udah selesai rekam suara bapak" ucap Yuna dengan menunjukkan rekaman suara pak rektor saat berbicara tadi.

"Apa maumu? Kau coba untuk cari masalah denganku? Bahkan dengan warung Ibumu yang terbakar itu, kau masih berani seperti ini?" tanya pak rektor emosi.

"Udah ku duga kalau itu ulah kalian. Tapi sayangnya itu gak berhasil untuk membuatku berhenti. Bapak takut dengan bukti yang saya foto dan rekam tadi? Kenapa bapak takut dengan orang kecil seperti saya? Bukannya bapak bisa membereskan bukti kecil ini dan menghindar dengan mudah?" tanya Yuna kembali pada pak rektor.

Pak rektor hanya terdiam setelah mendengar ucapan Yuna. Ia juga berpikir hal yang sama, itu hanya bukti kecil yang bisa ditutupi dengan mudah. Tapi ia hanya tak menyangka jika Yuna punya keberanian yang besar untuk menghadapi semua ancamannya.

"Bapak diam karena setuju dengan ku kan? Jadi jangan terlalu khawatir. Bapak hanya perlu bersiap, kalau begitu aku permisi dulu" ucap Yuna yang mengakhiri pembicaraan dengan pak rektor.

Yuna kemudian beranjak pergi dari kantor rektor, sedangkan pak rektor terus menatap Yuna dan memikirkan berbagai ancaman balik yang akan ia lakukan untuk menghentikan Yuna.

***

Setelah keluar dari gedung rektorat, Yuna menuju ke tempat parkir yang ada di gedung A untuk mengambil motornya. Ia hanya menghela nafasnya ketika melihat ban motornya dibocorkan lagi. Saat itu Arya muncul dan menyapa Yuna dengan keras.

"Yuna!!" teriak Arya sembari berlari menuju ke arah Yuna.

Arya melihat Yuna yang sedang sibuk mengecek kondisi motornya.

"Bannya dibocorkan lagi?" tanya Arya pada Yuna.

"Iya, udah 5 kali dalam Minggu ini. Abang tahu, tadi aku dipanggil pak rektor untuk nemuin dia. Dan dia nawarin cek dengan jumlah 500 juta agar aku berhenti" jelas Yuna.

"Apa kau menantang balik si pak Hartono itu?" tanya Arya penasaran.

"Tentu, aku bahkan foto cek yang dia kasih dan juga rekam suara dia waktu mengancam ku" jawab Yuna.

"Kau orang yang memang gak bisa diancam. Percuma aja dia susah payah membujukmu. Udahlah, motormu ini biar dibetulkan oleh temanku yang kebetulan anak teknik mesin" tawar Arya pada Yuna.

"Gak bisa, aku harus kerja sekarang" ucap Yuna menolak tawaran Arya.

"Aku akan mengantarmu, motormu bisa kita jemput besok di kos temanku kalau udah selesai. Biar dia yang bawa dan benarkan motormu ini dulu" ucap Arya memaksa Yuna.

Yuna akhirnya menyetujui ajakan Arya untuk mengantarnya bekerja. Ketika berada di dalam mobil Arya, Yuna bertanya tentang dokumen bukti kematian Sena yang ia berikan pada Arya.

"Kau gak perlu khawatir, aku udah kasih itu ke Ayahku" ucap Arya santai.

"Kenapa ke Ayahmu? Bukannya Abang bilang kemarin mau cari orang yang berpengaruh untuk melaporkan kasus itu?" tanya Yuna.

"Aku gak bermaksud sombong, tapi Ayahku adalah pengacara yang cukup handal. Dia udah sangat berpengalaman untuk menangani kasus seperti ini. Jadi kita hanya harus percaya padanya" jelas Arya.

"Apa Ayahmu udah melaporkan kasus itu?" tanya Yuna.

Lihat selengkapnya