Someday

Weni Dwi Susanti
Chapter #18

The Truth

"Apa kau tahu apa itu karma baik dan karma buruk?

Karma baik adalah suatu balasan yang kita dapat karena berbuat baik, sedangkan karma buruk adalah suatu balasan karena perbuatan jahat yang kita lakukan"

-Yuna-

Setelah kembali ke rumahnya, Siska segera berbaring di atas kasurnya sambil tersenyum bahagia. Ia mencubit kedua pipinya untuk memastikan bahwa hari ini bukan mimpi. Ia sangat senang karena bisa menghabiskan waktu berdua dengan Rudi, sekaligus mendengar cerita Rudi mengenai Sena.

"Ternyata dia juga gak terlalu menyukai Sena. Baguslah, aku punya kesempatan untuk mendekatinya terus" gumam Siska dengan semangat.

Setelah itu ia tertidur pulas, tanpa memperdulikan pesan yang terus masuk ke ponselnya.

***

Di pagi hari, Mama Siska mengetuk pintu kamar Siska sangat keras. Siska yang masih tertidur pulas, langsung terbangun. Mama Siska terdengar panik dan terus meminta Siska untuk membuka pintu kamarnya. Siska yang masih setengah sadar akhirnya membuka pintu kamarnya.

"Apa sih ma? Kenapa teriak-teriak kan masih pagi" ucap Siska yang masih mengantuk.

"Kau gak buka hp mu? Kau gak lihat apa yang sudah tersebar di instagram? Lihat instagram mu sekarang!" perintah Mama Siska.

Siska segera mengambil ponselnya yang ada di atas kasur, lalu ia melihat instagramnya yang sudah penuh dengan komentar kebencian. Dia mencari tahu apa yang terjadi hingga ia mendapat banyak komentar kebencian. Lalu ia melihat postingan tentang kebenaran kasus kematian Sena dari sebuah akun gosip ternama. Di postingan itu ada foto Siska berdua dengan Sena saat SMA, foto mobil Mama Siska saat menabrak Sena, dan juga rekaman suara Siska saat ia berbicara jujur tentang penyebab kematian Sena yang sebenarnya.

Tangan Siska bergetar saat melihat postingan itu, dan ia hanya tercengang setelah tahu postingan itu telah menyebar luas.

"Persahabatan berakhir tragis, karena perasaan iri" tulisan postingan tentang kematian Sena.

Mama Siska kemudian berjalan ke arah Siska dan menampar pipi Siska dengan keras.

"Aku berusaha setengah mati untuk menutupi bukti ini. Bagaimana semuanya bisa bocor dengan jelas? Dan kepada siapa kau bercerita tentang penyebab kematian Sena yang sebenarnya? Jawab aku !" teriak Mama Siska penuh emosi.

Siska kemudian teringat dengan perbincangannya dengan Rudi kemarin. Ia lalu menangis seakan tak percaya jika Rudi tega melakukan hal itu padanya.

"Apa gunanya menangis sekarang? Ayo kita kabur! Ayahmu akan membantu kita untuk memperlambat penyidikannya. Jadi kita harus kabur sekarang!" ajak Mama Siska.

***

Sementara itu Yuna, Arya, dan Rudi sedang berada di kantor polisi. Mereka menyerahkan bukti terakhir berupa rekaman suara Siska yang mengakui bahwa ia dan Mamanya lah yang membunuh Sena.

Arya memuji kemampuan akting Rudi karena berhasil mendapat rekaman suara pengakuan Siska. Arya awalnya meminta pada Rudi untuk mendekati Siska dengan tujuan membuat Siska mengatakan penyebab kematian Sena yang sebenarnya. Ini adalah usulan Ayah Arya karena Siska adalah saksi kunci kematian Sena.

Yuna yang mengetahui rencana itu dari Arya, juga memohon pada Rudi untuk mendekati Siska. Rudi yang didesak oleh Yuna dan Arya akhirnya menyetujui rencana tersebut.

Rudi awalnya sempat ragu dengan rencana itu, karena ia tidak bisa menahan rasa bencinya ketika bertemu dengan Siska. Namun ia berusaha untuk meredam rasa bencinya demi mendapatkan pengakuan tentang kematian Sena dari Siska.

"Oi, Yuna. Kau sangat kejam, kau membayar akun gosip ternama untuk menyebarkan kasus ini?" tanya Arya pada Yuna.

"Dia harus dapat sanksi sosial lebih dulu. Tujuanku juga supaya polisi gak beralasan lagi jika gak bisa menangkapnya, polisi juga akan dihujat jika gagal menahan mereka berdua" jelas Yuna.

Arya dan Yuna kemudian menoleh ke arah Rudi yang termenung. Rudi tampaknya masih memikirkan pengakuan Siska tentang perbuatannya terhadap Sena.

"Apa kau merasa bersalah karena mengkhianatinya?" tanya Arya pada Rudi.

"Tentu gak, aku cuma memikirkan perbuatannya yang sangat sadis. Padahal dulu Sena sangat sayang padanya" jawab Rudi.

"Itu mungkin karenamu tapi ngapain kau pikirkan lagi, untung aja waktu SMA dulu aku bisa bebas dari cewek sadis itu" ucap Arya spontan.

"Iya Bang, jangan dipikirkan lagi. Justru aku berterimakasih karena Abang bisa membuatnya mengaku" ucap Yuna dengan senyum tulusnya.

Rudi juga tersenyum ke arah Yuna. Arya yang melihat pemandangan itu tak terima dan ia menutup mulut Yuna yang masih tersenyum pada Rudi.

"Apa yang Abang lakukan?" protes Yuna karena Arya tiba-tiba menutup mulutnya.

"Jangan tersenyum padanya. Dan kau jangan lihat senyumnya, awas aja kalau kau dekati dia" ancam Arya pada Rudi.

Lihat selengkapnya