"Kenapa semua orang saat ini begitu egois?
Karena mereka tidak pernah mensyukuri apa yang mereka miliki"
-Yuna-
Maya sangat panik ketika mengetahui istri pak Hartono mengikuti Yuna yang baru saja pergi dari restoran, ia memiliki firasat tidak baik karena istri pak Hartono bisa saja menghabisi Yuna.
Maya terburu-buru mengambil kunci mobilnya dan ia menghubungi polisi untuk segera datang di jalan sekitar restoran milik Ibunya.
"May, kenapa kamu kelihatan panik banget?" tanya Ibu Yuna yang bingung karena melihat Maya sangat panik.
"Aku bakal jelasin nanti bi. Aku pergi dulu" ucap Maya terburu-buru.
Maya kemudian mengendarai mobilnya dan mengikuti mobil istri pak Hartono yang mengincar Yuna. Setelah melihat mobil Maya yang mengikutinya di belakang, istri pak Hartono segera memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi agar tak tertinggal untuk mengikuti Yuna.
"Yuna apa kau ke kampus melewati jembatan itu? Apa wanita gila itu berniat menghabisi Yuna?" gumam Maya yang panik.
Maya berusaha menghubungi Yuna, tapi Yuna tidak mengangkatnya karena ia sedang sibuk mengendarai motornya. Maya sadar jika ia tertinggal jauh karena Yuna mengendarai motor dengan kecepatan yang tinggi, begitu juga dengan istri pak Hartono yang terus mengikuti Yuna.
***
Yuna tak mengetahui jika ia terus diikuti oleh sebuah mobil dengan kecepatan tinggi di belakangnya. Saat melewati jembatan menuju jalan ke kampusnya, Yuna baru menyadari karena mobil itu terus mendekat ke arahnya.
Yuna tadinya berpikir jika mobil itu ingin menyalipnya, hingga Yuna menepi dan membiarkan mobil itu untuk lewat lebih dulu. Namun perkiraannya salah, saat ia menepi justru mobil itu menabraknya hingga ia jatuh terguling bersama motor matic biru kesayangannya.
Tabrakan itu cukup keras hingga motor matic milik Yuna hancur, dan Yuna hanya terbaring di aspal dengan tangan dan kaki yang berlumuran darah.
Mama Siska kemudian keluar dari mobilnya usai menabrak Yuna. Ia berjalan ke arah Yuna yang sudah terbaring lemas di aspal.
Mama Siska menatap mata Yuna yang masih berusaha bertahan setelah ia tabrak cukup keras.
"Kau masih hidup ya?" tanya Mama Siska dengan senyum sinisnya.
Yuna merasa sangat kesakitan di sekujur tubuhnya setelah tabrakan itu, namun ia tetap berusaha menjaga kesadarannya. Melihat hal itu Mama Siska tidak terima, ia mengeluarkan sebuah pisau tajam dari tasnya untuk menusuk Yuna.
Yuna berusaha mencegat tangan Mama Siska yang ingin menusuknya. Ia menahan tangan Mama Siska dengan seluruh tenaga tersisa yang ia punya.
"Aku gak akan mati ditanganmu" ucap Yuna yang berusaha menahan rasa sakitnya.
"Justru kau akan mati sekarang!" teriak Mama Siska.
Yuna tidak bisa lagi menahan tangan Mama Siska hingga pisau itu menusuk perutnya. Yuna merintih kesakitan karena kini perutnya juga berlumuran darah.
Melihat Yuna yang masih sadar, Mama Siska berencana menusuk perut Yuna lagi hingga ia mati. Mama Siska kembali mengangkat pisaunya dan bersiap menusuk perut Yuna.
Yuna masih merintih kesakitan hingga ia hanya pasrah jika ia benar-benar mati saat itu.
"Kau masih sadar? Kalau gitu aku akan menusukmu lagi sampai kau mati!" teriak Mama Siska lagi.
Saat ingin menusuk perut Yuna lagi, tangan Mama Siska segera dicegat oleh Maya yang datang terlambat untuk menyelamatkan Yuna.