"Setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda. Akan tetapi mereka membutuhkan hal yang sama dari orang tua, yaitu pelukan kasih sayang dan juga perhatian"
-Ibu Yuna-
Ibu Yuna masih setia menunggu Yuna yang tak kunjung sadarkan diri setelah melewati masa kritisnya. Ia terus mengelus lembut kepala anaknya, sambil berdoa agar anaknya bisa cepat sadar.
Sementara itu, Yuna terjebak dalam alam mimpinya. Di dalam mimpinya ia sedang berdiri di tengah taman yang dipenuhi berbagai macam bunga.
"Apakah aku udah mati? Kenapa aku ada di taman bunga? Ini mirip seperti mimpi saat aku bertemu Kakak" ucap Yuna bingung.
"Yuna!!" sapa seseorang yang berdiri di belakang Yuna.
Yuna kemudian menoleh untuk melihat siapa yang begitu keras menyapanya. Itu adalah kakaknya yang sangat ia rindukan yaitu Sena.
Sena tampil cantik dengan long dress putih dan rambut yang terurai, ia terus tersenyum saat melihat kehadiran Yuna.
"Kamu mau jalan-jalan lagi bersamaku?" ajak Sena pada adiknya.
Yuna mengangguk dan setuju untuk mengikuti ajakan kakaknya. Mereka mengelilingi taman dan melihat bunga satu persatu. Yuna juga bercerita pada Sena jika ia sudah bertemu dengan teman-teman Sena saat SMA.
"Aku udah bertemu mereka, teman-temanmu saat SMA. Aku bertemu dengan Bang Arya yang kebetulan juga adalah kakak kelas ku saat SMP. Lalu aku juga bertemu Bang Rudi yang ternyata ia adalah pacarmu dulu, dan kak Siska sahabatmu" ucap Yuna.
"Kamu beruntung bisa ketemu Arya dan Rudi, mereka adalah orang baik. Siska juga sebenarnya baik, cuma mungkin pengaruh orang tuanya yang tidak baik padanya" jelas Sena pada Yuna.
"Kenapa gak pernah menceritakannya padaku? Apa aku gak berhak tahu tentang mereka? Tentang Bang Arya mungkin gak apa karena kakak juga gak punya hubungan spesial dengannya. Tapi tentang Bang Rudi dan Kak Siska, kenapa kakak gak pernah cerita padaku?" tanya Yuna penasaran.
"Karena masalah awal ku dengan Siska terjadi karena Rudi. Siska sangat menyukai Rudi, aku juga sudah berusaha menjauhi Rudi. Tapi nyatanya aku juga gak bisa menahan perasaanku untuk Rudi" jawab Sena.
"Apakah kakak juga dibunuh karena itu? Karena kak Siska gak senang dengan hubungan kakak dan Bang Rudi?" tanya Yuna lagi.
"Itu mungkin salah satunya, tapi Siska selalu mengatakan bahwa aku terus merebut hal yang harus jadi miliknya. Orang tuanya juga membenci ku karena itu, mereka bilang citra Siska rusak karena ku. Jadi mereka akhirnya memutuskan untuk membunuh ku" jelas Sena kembali.
Sena tidak ingin menjelaskan lagi pada Yuna tentang hubungan persahabatannya yang rusak dengan Siska. Ia kemudian mengalihkan pembicaraan dan tiba-tiba membicarakan tentang hubungan Yuna yang tampak akrab dengan Arya dan Rudi.
"Aku gak punya hubungan lebih dengan mereka. Mereka berdua membantuku dengan tulus, Bang Rudi mungkin mau membantuku karena dia teringat denganmu. Padahal dia awalnya membenciku. Tapi setelah tahu bahwa aku adalah adikmu, dia tampak tulus membantuku" jelas Yuna pada Sena.
"Kalau Arya?" tanya Sena yang kali ini penasaran.
"Bang Arya bilang dia mau membantuku karena kau juga baik dengan dia saat SMA, dan dia bilang kalau ini sebagai tahap dia ingin mengambil hatiku. Tapi aku gak terlalu memikirkan itu" jawab Yuna.
"Kamu beruntung dikelilingi orang baik. Mau berkunjung ke jembatan?" ajak Sena pada Yuna.
Yuna awalnya enggan untuk menuruti ajakan Sena. Ia teringat kembali dengan mimpinya dulu saat bertemu dengan Sena, di jembatan itu ia terpisah dengan Sena dan mereka menangis keras setelah itu.
"Ayo, nanti kita terlambat" ucap Sena memaksa adiknya.
Sena menarik tangan Yuna yang enggan mengikutinya. Yuna berusaha menahan tangan kakaknya, namun ia gagal karena Sena menariknya sangat kuat.
Mereka tiba di jembatan yang dulunya adalah tempat perpisahan mereka berdua di mimpi Yuna.