Someday

Ratih Abeey
Chapter #2

1| Someday

Jawa barat, 2020

Sebuah toko menggantungkan tanda open pada pintu kaca. Sedikit agak terlambat toko buku ini di buka satu jam yang lalu. Sementara Cafe di seberang sudah ramai di datangi pengunjung. Pandu memang ketat dalam pembukaan Cafe miliknya. Meski dia hanya bersantai dan kegiatan Cafe di lakukan oleh karyawannya, tetapi dia tetap datang berkunjung setiap Cafe akan di buka.

Lonceng berdentang tanda seseorang masuk, membuatku menoleh kearah pintu. Siapa pagi-pagi begini datang ke toko?

Ah, tentu saja. Siapa lagi yang akan datang ke sini pagi-pagi setelah teman setiaku yang selalu membantu ku di toko ini telah pergi begitu saja. Pandu masuk dan duduk di salah satu meja yang sedang ku bersihkan.

“Sekarang kamu jarang sekali membuka toko tepat waktu, ada apa?” lelaki itu meneliti wajahku, mencoba mencari tahu lewat mataku. Lalu dia menempelkan punggung tangannya tepat di kening ku. “Apa kamu sakit?”

Aku melepaskan masker dari mulutku, “Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit kurang enak badan” jawab ku.

“Benar?”

Aku mengangguk.

“Oh, iya. Aku ingin bertanya sesuatu padamu?” Aku kini duduk di kursi dan mendengarkan dia berbicara. “Kemarin ada pengunjung baru yang tidak pernah ku lihat wajahnya, dia membaca ceritamu” kata Pandu.

Pandu dan aku memang bekerja sama dalam hal ini. Aku sering menyumbangkan beberapa buku dalam toko ku untuk di simpan di Cafe milik Pandu sebagai alat literasi pengobat jenuh pengunjung di sana. Dan sebaliknya, Pandu sering mempromosikan toko buku milikku ke setiap pengunjung yang baru datang.

Pandu berdeham sebentar, “Terus dia bertanya, apakah aku kenal dengan penulisnya, ku jawab iya. Dia tetangga Cafe ini, kataku padanya” lanjut Pandu, kini dia berkata serius sekali sehingga membuat aku penasaran.

“Setelah itu dia bertanya lagi, apakah aku mengetahui misteri yang terkandung dalam buku mu? Ku jawab lagi. Buku ini tidak mengandung misteri, ini hanya cerita fiksi. Benar-kan?"

Aku mengangguk pelan. “Dia malah bertanya lagi, apakah kamu... Sudah menikah atau punya pasangan? Menurutku, seharusnya dia tidak terlalu kepo dengan urusan pribadimu-kan? Makanya ku jawab TIDAK TAHU saking jengkelnya”

“Apa menurutmu itu tidak aneh?”

“Apa dia mengenalmu atau kamu yang mengenal dia?”

Aku memijat pelipis ku. Rasanya pusing sekali mendengar Pandu mengoceh seperti ini. Oh tuhan... Apa kepalaku akan meledak sekarang? Kenapa sakit sekali?

Aku mengibaskan tangan. “Mungkin dia hanya penggemar beratku. Sudahlah, lebih baik kamu lupakan dia”

“Ada apa denganmu?”

“Aku tidak apa-apa”

“Sungguh? Tapi kamu terlihat agak berbeda. Apa kamu sedang ada masalah?”

“Apa maksud mu?”

“Kamu dan laki-laki yang selalu datang itu?”

“Tidak...” desahku.

“Lalu kemana dia?”

Aku menggeleng. Tidak tahu kemana lelaki itu pergi. Yang jelas. Aku khawatir keadaan dirinya sekarang memburuk setelah kejadian malam itu.

***

Sore itu di kota, Jawa barat.

Ayahku SMS, dia bertanya kapan aku pulang. Aku memang sudah berjanji akan pulang hari ini. Naik bis umum. Tapi hanya sampai gang, setelah itu akan ada Ayah yang menjemput.

Waktu menunjukkan pukul tiga sore. Aku duduk di halte sambil mendengarkan musik lewat headset ku. Tadi, aku mendapat pesan dari Irvan dan juga Sri. Irvan tetangga ku di kampung. Benar-benar tetangga, rumah miliknya hanya berjarak lima langkah saja dari rumahku. Sedangkan Sri adalah sepupu ku, sekaligus kekasihnya Irvan. Mereka berdua mengajak aku pulang bersama hari ini. Karena kebetulan mereka sedang ada di kota untuk melakukan tugas magang selama tiga bulan. Dan aku kebetulan berniat pulang ke rumah.

Aku melihat dari kejauhan Irvan dan kawan semagangnya berjalan ke arahku. Lima orang cowok (termasuk Irvan) dan dua cewek (satunya Sri).

Sri tersenyum begitu sudah berada di depan ku. “Apa kabar Rena?”

“Baik”

Lihat selengkapnya