“Sudah berapa kali kamu lembur bulan ini?” tanya Agnes pada Della.
Yang ditanya mengangkat bahu, “Ga tahu. Sepertinya sudah cukup banyak. Transaksi kita bulan ini cukup banyak, pak Husnil sering memintaku lembur.”
“Apa ga bisa dikerjakan nanti-nanti saja?” tanya Agnes perlahan.
“Seandainya bisa begitu. Ah, tapi tidak mungkin ini kan bulan Desember. Laporan bulanan ke kantor pusat harus sudah selesai sebelum mereka cuti akhir tahun.”
“Aku ingin membantu sih, tapi pekerjaanku juga banyak.” Agnes menunjukkan satu kardus penuh berkas pada Della, wajahnya cemberut.
Della tertawa, “Ayolah, jangan murung begitu. Aku tidak apa-apa. Toh tidak ada yang menungguku di rumah, beda sama kamu yang sudah punya 3 orang anak.”
Wajah Agnes kembali cerah saat mengingat Oyan, Olla, dan Olif, ketiga jagoan kecilnya. “Iya, kami berencana pergi ke Bali liburan kali ini.”
“Senangnya... jangan lupa oleh-oleh ya.” Senyum Della mengembang.
“Beres, kamu mau apa? Kacang Bali? Salak gula pasir, atau kaus pantai?”
“Sarung pantai aja deh.” Della memilih barang yang tidak ditawarkan oleh Agnes. “Punyaku yang kemarin hilang entah dimana.”
“Paling kamu laundry-kan lalu lupa diambil.”
Della berusaha mengingat-ingat, matanya melirik ke atas, berusaha memanggil kembali momen saat terakhir ia melihat sarung pantainya. Gagal! Della betul-betul tidak ingat kapan terakhir kali ia menggunakan benda itu.
“Baiklah, oleh-olehmu sarung pantai.” Agnes menyerah setelah melihat kebuntuan di wajah Della.
“Sip..sip.. Thank you..” Della merasa perlu menunjukkan rasa terimakasihnya.
“Seharusnya kamu juga ambil cuti Del.” Agnes mengganti arah pembicaraan.
“Yah, inginnya sih begitu. Aku ingin ke Jakarta. Kakakku baru melahirkan.” Della menghela napas, “Mau lihat foto bayinya? Lucu lho, namanya Rajendra Pratama.” Della mengutak-atik handphonenya, mencari foto sang keponakan.
Agnes tersenyum geli, “Kamu sendiri, kapan mau menikah?”
Della terdiam, pertanyaan itu serasa menohoknya. Saat ini ia sudah berusia 26 tahun, itu artinya 4 tahun telah berlalu sejak wisudanya sebagai lulusan terbaik Fakultas Ekonomi. Saat itu Della masih 22 tahun dan belum ada yang menanyainya tentang rencana menikah, tapi sekarang di usia 26 tahun, seolah-olah semua orang beranggapan dunia akan kiamat jika ia tidak segera menikah.
“Ga tahu, cari calonnya dulu aja.” Jawab Della santai.
“Anak ini ya..” Agnes berpura-pura hendak menjitak kepala Della, tapi tidak jadi karena saat itu ada yang masuk ruang keuangan tempat mereka dari tadi bicara.
Orang itu Dimas Adiyaksa, karyawan baru yang menurut rumor yang beredar, masih ada hubungan keluarga dengan pemilik perusahaan mereka. Tapi bukan itu saja daya tarik Dimas, sosoknya yang cukup tinggi dan atletis, kulit yang bersih terawat berwarna kecoklatan, dan setelan yang selalu rapi serta wangi. Oh ya, dan satu lagi, Dimas tidak merokok! Jarang-jarang ada pria muda yang tidak merokok seperti dia.