10 September 1998
Langkah kaki tergesa-gesa memecah keheningan di jalanan sunyi, waktu tepat menunjukkan jam 2 dini hari. Terlihat seorang pria berusia sekitar 30 an berlari cepat, sesekali melihat kebelakang. Seolah ada yang mengejarnya. Tak ada yang tau betapa resahnya hati pria tersebut, suasana malam yang mencekam ditambah dinginnya udara membuat pria itu semakin kalut. Nafasnya tersengal, namun ketakutan membuatnya tetap memaksakan diri untuk berlari. Pilihannya hanya lari atau mati. Dari jauh terlihat beberapa orang pria berbadan besar berlari mengejarnya, jaraknya semakin dekat. Ketakutan, dia semakin mempercepat laju larinya. Namun naas, kaki pria itu tersandung batu, karena tidak bisa menyeimbangkan badannya, akhirnya pria itu jatuh terjerembat.
Tak butuh waktu lama, gerombolan orang tadi berhasil menangkapnya. Salah seorang dari mereka mengangkat tubuh pria tadi, lantas temannya yang lain mulai memukul pria malang tadi. Pria tersebut mulai terbatuk-batuk mengeluarkan darah menerima pukulan yang datang bertubi-tubi. Namun seolah tak melihat, gerombolan orang tersebut tetap memukul pria itu tanpa belas kasih.“Cepat bayar hutangmu, atau nyawamu yang kami ambil!” ancam pria berkepala botak.
“Tolong beri saya waktu sebulan, ahh tidak, seminggu! Saya mohon, saya janji akan membayarnya” ucap pria malang tersebut. tapi gerombolan pria tersebut sudah muak mendengar janji yang terus diucapkan pria itu. Setiap menagih hutang dia selalu berjanji akan membayarnya, namun pada akhirnya dia malah kabur. Beruntung mereka menemukannya disini. Tanpa ampun gerombolan tadi tetap memukul membabi buta. Tak lama kemudian, pria yang dikeroyok itu tak mampu lagi membuka mata, di kehilangan kesadaran, lalu jatuh pingsan. Melihat itu, gerombolan orang tadi menyeringai puas lalu segera pergi dari sana.