"Theater Atlana?"
Sebuah poster tertempel di tebok sebelah kanan pintu masuk kantin Atlana High School. Sekolah bergengsi yang kejuruan seni itu tidak absen menghasilkan alumni yang berprestasi. Fasilitas sangat baik juga arsitektur bangunan yang unik membuat siswa nyaman dan merasa diistimewakan. Bayangkan saja, untuk masuk ke sekolah menengah atas yang terletak di pusat kota ini harus bersaing dengan sekitar 1000 anak. Padahal yang diterima hanya 60 anak setiap angkatan.
"Anak theater sekarang buat peraturan seleksi yang aneh-aneh, mentang mentang club paling populer. gue sangat menghargai saat lo menjabat ketua Teather dulu, Ron," siswa ber-badge kelas tiga romawi di lengan kanan kemeja seragam, menepuk bahu siswa yang tadi membaca judul poster.
Sebentar lagi akhir semester. Sudah menjadi hal yang wajib setiap tahunnya, harus diadakan acara panggung akhir tahun. Yang paling ditunggu adalah penampilan theater, kebanggaan Atlana.
"lo tahulah, Jun. Ketua Teather Atlana sekarang terpilih karena jumlah siswa di sekolah ini lebih banyak perempuan," balas siswa ber jas almamater sekolah hitam dengan name tag hanya Ron itu seraya memasukkan telapak tangan kiri ke saku celana.
Sindiran Ron itu mengacu pada adik kelasnya, Henry. Dengan kata lain, hanya modal tampang saja. Ya, itu istilah kasarnya.
"Kurasa bukan ide Henry, tuh anak tidak sepintar itu," setelah mengucapkan kalimatnya, mata Jun menemukan nama penanggungjawab acara panggung akhir tahun di poster, "lihatlah," jarinya menunjuk pada titik pandangannya untuk menunjukan pada Ron, "Nasha," mulut Jun membaca tulisan berwarna hitam tebal itu.
Pernahkan kau mendengar kaki tangan bertindak lebih banyak dari kepala? Begitulah yang dimaksud Jun. Nasha adalah bawahan Henry sebagai ketua club theater yang diakui kecakapan dan ide kreatifnya. Dia satu angkatan dengan Henry, hampir kemana-mana bersama. Akan tetapi, tidak ada yang menggosipkan mereka berkencan karena semuanya tahu seorang Henry tak pernah putus tali kepopulerannya. Tak bisa dikatakan Playboy juga, tapi cukup menjadi player yang ketika berakhir hubungan dengan gadis A, beberapa menit kemudian sudah menggandeng gadis B.
Tentu saja siswi bernama Nasha ini tidak mudah dipermainkan. Apalagi, dia sepupu dari Lintang. Siswi pintar si peringkat 1 yang diberi julukan Artist of the School. Disegani siswa yang lain, menjadi trendsetter fashion dan aura 'itu' yang merupakan komplikasi dari kharisma pemimpin, dingin, namun gemar ikut campur urusan orang lain.
Sorot Jun masih terpaku pada nama sekretaris OSIS itu, "dia selalu memilih membuat dirinya susah, seperti sepupunya..."
"Oh! Itu Lintang!" Ron memotong kalimat Jun dan mengangkat tangan yang tadinya di saku celana untuk menunjuk ke salah satu meja di kantin, "gue aduin lo," wajah Ron menoleh pada Jun tak lupa senyum miring kemenangan.
"Sialan lo Ron," bisik Jun untuk menghentikan langkah sahabat karibnya itu.