Tanpa kata kata, seorang Elvis mampu membawa si kabur Emma untuk meletakkan dua koper besarnya ke tempat seharusnya. Cukup di depan gerbang kecil asrama perempuan. Tidak benar benar digeletakkan begitu saja, ada penjaga wanita paruh baya yang sangat tidak suka mengeluarkan suara itu. Atau mungkin dia bicara tapi terlalu kecil.
“Jika kau bertanya kapan dimulai masuk kelas, itu pukul 7 pagi,” akhirnya Elvis membuka suara dan berhasil membuat Emma menoleh ke arahnya, “hari ini adalah awal semester baru, jadi siswa belum masuk kelas.”
Itu menjawab mengapa tidak ada bel dari tadi. Atau mungkin memang tidak ada listrik?
“sistem disekolah ini adalah- em, kau mungkin menyebutnya moving class. Satu hari ini siswa mengatur sendiri kelas apa yang ingin diambilnya selama satu semester ke depan. Begitu pun dengan kau,” Elvis memberikan buku kecil berwarna biru gelap mendekati donker pada Emma.
“Bagaimana?”
“Ada 12 kelas yang harus kau tempuh di tingkat dua. Matematika, sains, sejarah, ilmu sosial, hukum, ekonomi, seni-“
“Kau bilang tadi aku memilih-“
“Yang kau pilih adalah waktunya,” masih berjaga jarak berdiri, Elvis sedikit susah payah mengulurkan tangan kanannya untuk menunjukkan kotak kecil kecil yang tergambar di samping nama mata pelajaran.
“Ada kelas di malam hari?” setelah meneliti sekilas, Emma menangkap perbagian waktu yang menjadi 5 itu. Pukul pagi, 7 dan 10, siang pukul 2, 5 sore dan 8 malam di pilihan kotak kecil bertiliskan nama hari.
“Jika kau nocturnal.”
“Apa semua orang di sini aneh sepertimu? Atau kalian semua bukan manusia?”
“Berapa umurmu?”
“16.”
Walau melenceng jauh, Emma tetap menjawab pertanyaan Elvis. Jika kau berhadapan dengan cowo bermata cokela cerah itu juga pasti akan terbawa arus.
“Kau cukup muda.”
“Bukankah kita berusia sama? Kau bilang lima belas menit yang lalu kau kelas 2 kan?”
“Aku 18 tahun.”
“What?!”
“Semua yang masuk sekolah Danlira harus berusia 17 tahun.” Tangan Elvis terulur ke belakang kepala Emma.