Musim penghujan menjadi saat-saat yang paling dibenci Dean. Payung di rumahnya cuma ada satu dan ada 5 penghuni di rumahnya itu. Ayah yang harus berangkat kerja, kakak laki-lakinya pergi ke studio, adik perempuan yang masih sekolah TK di depan rumah, dan Ibu yang selalu ke tukang sayur depan gang. Dean tidak masalah hujan hujanan ke sekolah, malah itu yang dia suka. Tapi selalu dia yang mendapatkan jatah seperti ratu boleh pakai payung bocor sebelah setiap kali hujan turun.
Kenapa Dean benci bukannya bersyukur? Itu karena hanya Dean yang tau rahasia dibalik payung berwarna biru langit cerah itu.
Satu kejadian yang membuat Dean sangat benci payung itu dan lebih tidak suka ketika seluruh anggota keluarganya menyuruh Dean saja yang memakai payung itu adalah saat Dean mengantar adiknya mendaftar untuk belajar di TK yang letaknya tetanggaan dengan rumahnya saat musim penghujan. Mungkin sudah menjadi suatu tradisi kalau masa pendidikan di keluarga Dean dimulai lebih awal. Dean saja masuk taman kanak kanak di usia 4 tahun.
Bukan karena Dean seorang kakak, tapi dia memang memiliki sifat baik hati. Oleh karena itu, payung yang bocor sebelah diperuntukkan untuk tubuh Dean, sedangkan Adik perempuannya yang bernama Noura itu terlindungi dari tetes hujan yang bisa dikategorikan deras.
Setelah sampai, Noura ditolak karena terlalu muda. Muka cemberutnya itu langsung berubah sumringah. Berbeda dengan Dean yang saat pulang, baru saja sampai nih, melepas sepatu, tugas sekolah di liburan akhir semester untuk membuat patung buatan dari sabun mandi batangan hancur di depan mata. Kakaknya, si cowok sok keren bernama Renal dengan tanpa merasa bersalah sedikitpun cuci tangan pake sabun yang sudah diukir berbentuk kura kura oleh Dean tentunya.
Dean marah sekali karena mengerjakan tugasnya itu lebih sulit dari pada kuis trigonometri di pagi hari. Sampai pukul 11 malam Dean lembur mengerjakan tugas itu dan sekarang sudah tidak berbentuk lagi setelah dipaksa membersihkan tangan Renal yang kotor karena habis membantu Ibu mereka menanam tanaman lidah mertua. Dean lansung mengomel pada Kakaknya yang tak pernah mau menjemputnya pulang sekolah itu seperti pedasnya omongan mertua.