Somewhere in Elsiontra

Adiba
Chapter #3

Perundung vs Korban Bully

Hari senin ini menjadi jawaban dari pertanyaan yang belum rampung tersampaikan. Bangku belakang Leala dan Jei kosong. Leno pindah sekolah entah kemana. Kalau kata Jei, Leno itu sekarang lagi di negeri sakura karena lihat story di sosial medianya foto di depan Shibuya Tower, Jei tidak se cerewat seperti waktu gossip tentang anak kepala sekolah itu kok, malah berharap Leno lebih bahagia di sana karena tinggal berdua bersama Mamahnya. Hal itu dibenarkan Aki sebagai sepupu jauh Leno, saat mereka kumpul di rumah Leala yang sepi itu untuk membuka materi matematika.

Teman sebangku Reno, Aki, hari ini juga tidak hadir. Padahal sudah belajar bareng sama Leala dan Jei di hari minggu untuk ulangan harian matematika di jam pelajaran Bu Marashequeen Theara Klaratatia. Tadi malam juga Leala tidak ada kabar mengenai Aki. Itu karena saat belajar sama sama di hari Minggu, Leala mewanti wanti Aki agar kasih waktu istirahat buat tubuhnya. Merayu Aku betapa dulu dia sangat suka yang namanya rebahan. Sepertinya Aki belum tertarik untuk melakukan dosa mageran. Jadi, ya dia harus istirahat di rumah satu hari ini. Ibunya senang Aki menjadi rajin, namun kesehatan adalah yang paling utama. Ya, semua perubahan itu baik asal sesuai pada porsinya.

 

“Gilaaa! Video di postingan Kak Rika kemaren malem udah satu juta yang nonton?!” Jei yang baru sebentar membuka handphonenya, mengagetkan Leala yang tengah memahami contoh soal matematika lagi sebelum jam kelas masuk.

 

“Namanya juga ratu sekolah,” tak terlalu peduli dengan berita itu, Leala hanya menanggapi wajar sesuai dengan julukan yang di berikan anak anak pada kakak kelasnya itu.

 

“Iya, ya, apalagi dia buat video ini sama pacarnya, Kak Vando. Terus ya, denger denger Kak Rika mau jadi model brand fashion di butik terkenal pusat kota itu loh…” katakanlah Leala tertidur dan dongeng malam dari Jei itu sama sekali tidak didengarnya.

 

Banyak kok, di sekolah nyata, ada seorang ratu sekolah yang menurut orang orang paling cantik. Kandidat nomor satu prom queen. Gak cuma di cerita remaja aja, SMA Gardhapati juga punya dong. Siswi kelas 3A, yang sering di sapa Rika. Tahun lalu, mengikuti ajang duta daerah. Ya, walaupun peringkat dua karena kalah argument sama anak Cendekia, Rika masih nomor satu di sekolah ini. Sombong nya dia itu sifat yang maklumi karena memang gak semua orang ber hak buat jadi temen deketnya. Istilah meja tengah kantin juga diberlakukan di sini sejak tahun lalu, saat Rika dan Vando resmi pacaran. Dua visual dengan followers ratusan ribu di media sosial jadi pemandangan yang di iri kan semua orang.

 

“Eh! Kak Rika live di media sosial nih,” Jei menunjukkan layar handphonenya untuk mengajak Leala ikut menonton.

 

“Itu bukannya di depan kelas kita ya?” Leala yang awalnya sama sekali tidak peduli akhirnya penasaran karena tampilan potret itu terlihat jelas ada papan kelas 2D. kemudian sosok siswi berkucir satu direkam tengah berjalan bersama tas putih polos yang pasti taka sing bagi Leala dan Jei.

 

PLOK

 

“HAHAHAHAHA…”

 

“ALYA!”

 

Sebuah adegan tersimpan dengan cepat. Di layar live yang kini sudah berakhir itu, terlempar tiga butir telur yang tepat mendarat di rambut dan seragam atas Alya. Tawa terdengar dua kali dari asli dan rekaman. Kejadian itu terjadi di depan kelas Leala dan Jei.

Setelah hujan memang tidak menjamin ada pelangi. Baru kemarin kehebohan terselesaikan, ada lagi tragedy yang berurusan dengan anak kelas 2D ini.

Semua siswa tak hanya dari kelas tempat kejadian perkara keluar untuk melihat apa yang terjadi. Rupanya tidak sedikit anak kurang kerjaan seperti Jei yang pagi ini menonton live di sosial media ratu sekolah itu.

 

“Al! kamu gak apa apa?” bersetla kalimat lain yang mirip begitu dilontarkan ke korban yang berbau telur itu.

 

Alya tidak menangis atau terkejut. Namun, bukan itu yang membuat teman sekelasnya tidak mengutuk tingkah kekanakan kakak kelas mereka. Semuanya terkejut atas apa yang baru saja terjadi. Bagaimana tidak? Adegan murahan begini tidak pernah terjadi di sekolah seni Gardhapati. Hello? Gak ada tuh cupu nyasar ke sini atau kaum otoriter yang merasa punya ini sekolah. Siswa di sini punya martabat. Memainkan tuts piano saja sangat lembut apalagi bersopan santun pada sesama.

Lalu mengapa tiba tiba sekolah ini merasa kurang asin lalu menyuguhkan banyak garam?

 

“Selamat ulang tahun, ALYA!” Rika yang mendekat ke kerumunan itu semakin membuat mulut siswa siswi melongo dan menganga.

 

Lah? Iya. Dipikir pikir, sekarang memang tanggal lahir Alya siswi kelas 2D itu. Namun, terasa sangat aneh apalagi setelah Alya berlari menjauh menuju kamar mandi.

Leala mengejar Alya tanpa ragu. Sebelumnya dia memegang ikat rambut dan tas putih Alya saat membantu merapikan penampilan Alya di depan kelas tadi. Beberapa teman sekelas Alya juga ingin membantu, namun simpati mereka tidak sampai melakukan aksi. Sedangkan Jei menarik tangan Risma untuk melaporkan kejadian ini ke kantor guru. Awalanya akan bertemu wali kelas mereka, Bu Fara tapi di jalan bertemu Bu Mtk yang tidak ada niatan tersenyum di pagi hari yang cerah ini.

 

“Bu em- eh,” Jei tergagap bingung mau menyapa bagaimana, “Selamat pagi, Bu,” akhirnya Jei memilih untuk tidak memanggil, dia hanya ingat nama Bu guru matematika ini adalah Bu Mtk. Sungguh menyedihkan.

 

“Ada apa?”

 

“Iya ada apa? Kamu ngapain juga bawa bawa aku?” bisik Risma bergetar selaras dengan telapak tangannya yang dingin.

 

Jei jadi bimbang, “untuk ulangan harian hari ini, bisa ditunda tidak, Bu?” Jei memilih mengucapkan hanya satu opsi. Dia terpikir kalau membersihkan diri itu pasti lama.

 

“Kenapa?” Bu Marashequeen Theara Klaratatia bertanya kaku seraya membenarkan buku dan tumpukan kertas untuk soal dan jawaban ulangan harian di dekapannya.

 

“Ada siswa yang…” Jei bergelut dengan tumpukan ide di kepalanya, “izin sakit, Bu!”

 

“Ya, sudah minggu depan susulan. Saya kira kalian yang mau izin pelukan,” dengan wajah datar itu Bu Marashequeen Theara Klaratatia ngelawak. Sepertinya kejadian hari jumat itu walau tidak tersebar ke kelas lain selain 2D, akan tetapi di ruang guru pasti ada sesi luang bersantai untuk bergosip juga.

 

Tak membalas lagi setelah mengucap terima kasih, Jei dan Risma mengikuti Bu Marashequeen Theara Klaratatia menuju kelas dari belakang.

 

“Bu Mtk maksudnya apa si? Mau ngelawak?”

“Mana aku tahu?”

“Terus kamu ngapain bawa bawa aku coba?”

“Ya kan kamu ketua kelas bodo…”

“Iya aku tahu aku BODOH.”

“Dan bakal diem aja setelah lihat kejadian tadi?”

“Dan yang kamu bilang tadi gak ada hubungannya.”

“Aku gak boleh jadi burung beo.”

“Dan kamu gak boleh jadi burung merpati.”

 

Hingga sampai depan kelas mereka, Jei dan Risma saling berbisik sangat lirih. Setelah melihat lantai yang sudah bersih itu mulut mereka berhenti bersuara. Sepertinya anak yang lain membereskan kekacauan. Entah tindakan bullying yang menjijikan, atau sekedar kejutan ulang tahun tulus, belum bisa dipastikan. Itulah mengapa Jei tidak boleh asal bicara melaporkan dari satu sudut pandang tampilan.

 

Di sisi lain, Leala tidak melanjutkan langkahnya dan malah bersembunyi di balik tembok untuk mengintip dua orang di belokan jalan itu.

 

Orang yang dikejar Leala sebenarnya juga berhenti karena tidak sengaja menabrak seseorang.

 

"Kamu gak apa apa?" Orang yang hampir ditabrak itu malah menanyakan keadaan orang yang tidak sengaja hampir menabraknya tadi. Namun, dari mimik khawatirnya, sepertinya tanda tanya itu bermaksud lain, yaitu apakah gadis di depannya ini baik baik saja setelah di permalukan pacarnya, Rika. Ya, orang yang bertanya ini adalah Vando.

 

Itulah mengapa Leala memilih bersembunyi. Bukan takut bertemu ketua club olahraga itu, namun seperti ada peri yang menahannya untuk tidak keluar dari balik tembok persembunyian.

 

"Maaf, permisi," Alya yang setia menunduk itu memohon izin agar akses jalan menuju kamar mandi itu tidak terhalang.

 

"Pakai jaketku, jangan lupa kembaliin," tangan cowok itu menyampirkan jaket varsity warna merah miliknya ke kepala Alya,"aku Vando, kelas 3A," sebelum pergi tidak lagi menghalangi jalan, Vando memberi tahu alamat dimana jaket itu nantinya dikembalikan.

 

"Jangan diterima bodo..." gemas Leala pada bicara pada dirinya sendiri melihat adegan cepat ekor matanya itu.

 

Semakin kesini imajinasi Leala menjadi balon udara yang terbang tinggi. Bukan pesawat yang terlalu cepat, bukan helikopter yang masih dalam jarak rendah. Tapi, Leala yakin siapa pun yang ada di sini dan melihat semuanya pasti berpikiran sama.

 

TALK TALK

 

"Sssial..." Leala bertambah geram karena lupa men silent notifikasi handphone nya. Lagian siapa sih yang kirim pesan di jam ini?

 

Jeilani

 

Kamu jangan masuk kelas. Aku udah bilang ke Bu Mtk. Jangan tanya ini lagi ulangan. Oh, iya, kamu sama Alya ulangan susulan minggu depan.

 

Baru membuka isi pesan itu dan belum tamat membacanya, Leala pasrah keluar dari tempat persembunyian karena suara khas itu terdengar oleh Alya dan sekarang tubuh Alya berbalik menatapnya horor. Siapa pun orangnya pasti tidak suka bila orang lain menguping pembicaraannya.

 

"Tas mu... hehe," tersenyum canggung menjadi reflek pertama yang dilakukan motorik Leala.

 

Alya tidak menanggapi apa apa.

 

"Ayo aku temenin ke kamar mandi," Leala cepat merangkul lengan Alya sebelum tangis teman sekelasnya itu pecah di jalan kecil berumput mungil ini.

 

"Kita udah diizinkan gak masuk kelas matematika. Ulangan hariannya menyusul minggu depan," daripada tidak ada suara pemecah kecanggungan, Leala memilih memberikan kabar yang ditangkap sekilas olehnya dari pesan sahabatnya itu.

 

Tak ada balasan apapun dari Alya sampai masuk ke dalam bilik kamar mandi.

Leala masih memegang tas putih berdiri bingung menatap kosong pintu toilet yang baru saja tertutup itu.

 

"Alya! Mau pake seraganku aja gak?" Panggil Leala ditujukan ke dalam bilik melemparkan saran yang menurutnya lebih baik, "aku pakai kaos pendek kok, biar jaket itu aku yang pakai," karena tidak ada balasan, Leala menjelaskan rinci mengenai rencananya.

 

CEKLEK

 

Satu uluran tangan beserta jaket varsity merah muncul. Dengan cepat Leala meraihnya dan masuk ke bilik yang kosong.

Apa kau masih bingung? Sepertinya mengenai tiga hal atau lebih sedikit daripada itu. Jika mengira Leala ingin cari kesempatan pakai jaket milik cowok populer sekolah itu, si Leala ini hanya mencegah Alya berurusan dengan Vando. Mengapa? Kau tidak lihat tadi pagi apa yang dilakukan Rika, pacar pemilik jaket ini? Bagaimana pun juga itu tindakan bullying. Di dalam bayangan kepala Leala bisa ada perang dunia 3 nantinya kalau Rika tahu pacarnya menolong korban ulah jahatnya. Hukum alam alurnya memang seperti itu.

Kedua, di sekolah seni ini memang diperbolehkan memakai jaket selama kegiatan belajar mengajar. Terakhir, bapak kepala sekolah hari ini ada dinas luar jadi upacara tidak ditiadakan. Kenapa sering pergi pergi kepala sekolah SMA Gardhapati ini? Kalau kata Jei, beliau kena karma tidak mendapat hari libur karena dulu sering cuti liburan. Keperluan kepala sekolah akhir akhir ini sangat sibuk bersama surat tugas dari Dinas Pendidikan Kota.

 

TOK TOK TOK

 

"Ini baju seragamku, belum bau kok, kan masih pagi," Setelah mengetuk pintu toilet yang ada Alya di dalam, Leala memberikan baju seragam kemeja putih miliknya.

 

Lihat selengkapnya