“WHAT?!” udah gila emang pacarku ini. Atau aku yang sudah jadi gila, “beneran kejadian? Ada gitu yang berani nikung di depan orangnya langsung?” lanjut Amanda yang terkaget kaget setelah ku ceritakan kejadian di kantin tadi.
“Bukan nikung ih! Dia tuh cuma sok berani gitu nembak Nata. Biar dikira keren kali sama temen temen cupu nya,” kalimat ini memang terdengar santai. Tapi yang harus kau tahu, di dalam sini sudah pasti aku sangat kesal melebihi siapa pun juga yang mendengar cerita.
Ya, mungkin sudah tersebar ke semua telinga di sekolah ini. Kalo kata Berliana, aku gak perlu khawatir karena semua orang ada di pihakku. Ya ngapain juga dukung tingkah konyol si cewek kepang dua itu.
“Emang yang mana si anaknya? Berasa cantik banget apa?” Amanda masih menggebu gebu, “gue yakin, gak ada apa apanya dari sahabat gue ini pasti jauh banget lah!” berusaha menghibur, tangan Amanda merangkul pundakku.
“Namanya tuh Rana. Anak dari kampung gitu. Bahkan gak ada akun media sosialnya. Udah gue cari nih kemana mana,” Berliana yang duduk di depan bangku ku dan Amanda memberika informasi yang gak aku butuh sama sekali.
“Gue kira namanya princess,” sahut Amanda sarkas.
“Hahahahaha.”
“HAhahahaha.”
Kita bertiga tertawa lepas namun langsung terhenti ketika Nata melintas di depan kelas ini dan melirik sedikit ke arah kami. Menyebalkan dia tidak ada niatan berhenti sejenak.
“perlukah gue samperin dia?” kusandarkan punggung dengan lesu.
“Gak usah lah. Semua bakal baik baik aja. Percaya sama gue,” Amanda mengambil botol minumnya dan meminum air putih di dalamnya. Mungkin dia haus.
“Agak lucu si, kan lo tadi yang ninggalin dia di kantin,” Berliana kembali focus ke handphonenya.
“Justru itu. Seenggaknya gue hadir dan ngasih tahu kalo gak ada yang terjadi.”
“Gak usah. Kan emang bener bener gak ada yang terjadi,” Amanda ikut mengambil handphonenya, tapi bukan untuk mencari dunianya sendiri, “Inget ini? Gembok yang kalian jauh jauh pasang di korea tahun lalu,” Amanda memperlihatkan layar dengan halaman akun sosial mediaku.
“Terus ini. Kalian bahkan bangun taman bermain di panti asuhan sama sama.” Ternyata Berliana juga berselancar di akun yang sama.
“Secara teknik, yang bangun itu bapak bapak tukang, apa tuh namanya-“
“Ya intinya, banyak momen lo sama Nata yang gak bakal Nata lupain gitu aja,” Amanda memotong kalimatku.