Son of Darkness

M Rafli Rudini
Chapter #1

Chapter 1: The Beginning of the End

" Kak Ray, ayo bangun.. ini sudah pagi loh!" Teriak seorang anak laki-laki yang berusaha membangunkanku dari tempat tidurku yang nyaman. " Iya iya.. aku dengar kok." Ujarku sambil bangun dan menggosok kedua mataku dengan tanganku. " Ibu sudah menyiapkan sarapan pagi di meja makan. Aku dan Kak Rena membantu menyiapkannya loh!" Kata anak laki-laki itu dengan penuh semangat. " Oke, ayo kita menuju ke meja makan!" Balasku sambil berdiri dari tempat tidurku.

Anak laki-laki yang membangunkanku tadi bernama Alex. Usianya 3 tahun lebih muda daripada aku. Kami tidak memiliki hubungan darah, tapi Alex sudah aku anggap seperti adik kandungku sendiri.

Ya.. kami tinggal di sebuah panti asuhan kecil yang terletak cukup dekat dari desa yang bernama Hemith. Jumlah anak disini adalah 20 anak. Dan tentu saja, aku menyayangi mereka semua layaknya keluargaku sendiri. Kami diurus oleh sosok 'ibu' yang bernama Diana. Beliau berusia 42 tahun dan terlihat masih muda dan sehat.

Kami sangat bahagia tinggal di panti asuhan ini. Bagaimana tidak, kami memiliki sosok ibu yang sangat penyayang, memiliki saudara yang banyak, membuat kami tidak merasa kesepian. Jarang ada 'orang tua' yang ingin mengadopsi kami. Ada yang berkunjung saja itu sudah baik.

Lalu hari ini, adalah ulang tahunku yang ke-15. Mereka ternyata sudah menyiapkan pesta ulang tahun saat aku masih tidur. Walau di tahun-tahun sebelumnya mereka juga melakukan hal yang sama, entah mengapa itu masih membuatku sangat senang. " Happy Birthday! " ucap seluruh anggota keluargaku. Seperti biasa, ibu mendoakanku dengan doa-doa yang baik. Setiap saudaraku datang dan memelukku satu persatu. Lalu seperti biasa pula, aku menikmati apa yang sudah mereka persiapkan itu.

Pada malam harinya, aku berada di halaman belakang panti sambil tiduran dan melihat langit malam yang penuh dengan bintang. Ini adalah salah satu kebiasaanku. Saat aku memandang langit malam yang indah itu, aku selalu merasa tenang, ditambah hembusan angin malam itu sangat menyejukkan tubuhku. " Ahh.. andaikan dunia ini selalu malam dan penuh dengan bintang-bintang indah seperti ini, pasti aku rela untuk menatapnya setiap hari." ujarku dengan sedikit menghela nafas. " Apaan, kayaknya aku terlalu aneh dan egois, ya?" ucapku pada diriku sendiri sambil tersenyum.

***

Lihat selengkapnya