SONGKO

M A R U T A M I
Chapter #6

Chapter 6

Di Pelabuhan Manado, Mery ditemani Resti dan juga Pak Larenggam membeli tiket kapal. Loket kapal yang sudah mulai penuh antrean itu diterobos paksa oleh Pak Larenggam yang ternyata ada kenalan di dalam loket.

"Enam tiket ke Sangihe," kata Pak Larenggam yang sudah menyodorkan uang. 

Mery dan Resti menunggu di luar sembari tersenyum heran. Melihat sikap Pak Larenggam yang semua serba cepat. "Bapaknya keren, semua ditembus." Resti memuji sikap Pak Larenggam.

"Dia kan orang sini, kamu tahu, ini Sulawesi Utara, San Sio Sampate-Pate," ujar Mery. Lalu dia tersenyum ke arah Resti. "Liat yang lain sana," tunjuk gadis tomboy itu ke arah teman-temannya yang sedang sibuk foto di dinding pelabuhan yang di belakangnya terdapat baliho tempat wisata Bunaken.

Resti menarik napas. Lalu mengembuskannya setelah melihat rekan timnya yang gila foto. "Mereka itu anak kekinian. Jadi, sedikit-sedikit foto, upload, pamer di media sosial."

Mery tertawa mendengar kalimat dari Resti. Sementara ini, mereka berdua cukup akrab. Resti sering membantu Mery menyiapkan berbagai hal keperluan yang akan dibawa ke Sangihe. Ditambah membantu menyusun rencana kerja. Mereka bisa bekerja sama dengan baik jika dibanding dengan anggota lain.

Pak Larenggam sudah selesai memberi tiket kapal. "Kita naik kapal Glorry Merry," menyodorkan lima tiket kapal.

Mery menerimanya dengan tangan kanan. "Kapalnya sebelah mana, Pak?"

Lelaki yang sudah beruban itu menunjuk ke arah pelabuhan. Tepatnya kapal bercat putih danbiru tua di bagian bawah. "Itu di sana," katanya.

Matanya kembali beredar mencari teman-teman Mery. "Di mana yang lain?" tanya Pak Larenggam setelah mencari rekan tim Ekspedisi yang tidak ada di belakang Mery.

"Biasa, Pak. Mereka sibuk dengan kamera."

"Nanti di Sangihe, banyak tempat bagus. Pantainya bagus-bagus. Terutama di pantai Panaunwareng," Pak Larenggam menyebut satu nama pantai yang susah untuk dilafalkan oleh keduanya.

"Apa, Pak nama pantainya?" Resti bertanya dengan wajah penasaran.

"Panaunwarleng," logat Sangihe. "P-A-N-A-U-N-W-A-R-L-E-N-G." Akhirnya pria yang lebih suka disebut Opa (kakek) itu mengeja huruf di kata tersebut.

Mery dan Resti mencobanya beberapa kali. "Panuanwarleng," ujar Mery menirukan lidah dan logak Pak Larenggam.

"Nah, betul," timpal Pak Larenggam disambung tertawa.

"Ayo, kita naikan barang ke kapal. Setelah itu, kalian bisa istirahat dulu sejenak. Menunggu kapal berangkat, sekitar pukul delapan belas lewat." Pak Larenggam menjejakkan kaki ke arah koper dan tumpukan barang mereka yang ada di pinggir jalan depan ATM Bank SULUT.

Resti bersemangat menarik satu tas dan koper miliknya sendiri. Sementara Mery, memanggil rekan tim untuk bersiap mengangkat barang.

"Woy, buruan!" panggil Mery sembari melambaikan tangan memanggil Isnan, Astri, Ersa.

Mereka bertiga yang sedang berfoto sembari tertawa itu menoleh. Dengan wajah masam kesal yang terlihat di wajah ketiganya, mereka berjalan menghampiri Mery. Astri orang yang paling terlihat tidak suka. 

"Katanya jam enak sore kapal berangkat!" keluh Astri. "Lagian, ini masih pagi. Ngapain angkat barang ke kapal?"

Ersa hanya menggaris senyum tipis. Dia tidak bereaksi apa pun. Termasuk melihat reaksi Astri yang selalu saja protes ketika Mery memanggil atau menyampaikan sesuatu. 

"Tri, udah lo terlalu banyak protes jadi orang. Namanya juga dia ketua, wajar dong kalau terus memantau kita sebagai anggotanya." Tumben Isnan sedikit berani menasehati Astri. Biasanya, dia orang yang ikut-ikutan apa pun yang Astri minta, suruh, sampai hal lain yang dilakukan Astri.

"Kok lo jadi belain Mery?"

Isnan mendengus kesal. "Bkan membela Mery, Tri. Lo kan tahu, kita ini satu tim. Sekarang, kita mau berangkat ke tempat tugas. Jadi, wajar dong kalau dia sebagai ketua meminta bantuan kita?"

Ersa sekali lagi berhenti dan menatap ke arah mereka berdua yang masih saja berdebat. "Sudah selesai berdebat?" tanya Ersa sembari membuka kaca matanya. "Ini yang membuat gue heran. Orang seperti kalian kok bisa lolos?"

"Maksud lo?" Astri mendekat. 

Ersa tersenyum sinis. "Maksud gue, orang manja dan banyak mulut seperti elo kok bisa lolos ke Tim Ekspedisi!"

Lihat selengkapnya