Sasaran malam ini bukan lagi warga biasa. Incaran utama Geti adalah Kapita Lao. Orang yang dulu dengan beringas memfitnah kedua orangtuanya. Dia mantan ketua pemuda yang pernah membunuh Amak dan Bapak. Hanya saja membunuh target ini jelas tidak mudah. Bisa jadi, dia sebenarnya sudah mengetahui dua korban sebelumnya mati bukan karena hal biasa. Melainkan ada hal lain. Dua korban memiliki keterkaitan di masa lalu.
“Jika Darna dan Mansyar sudah terbunuh, berarti tinggal aku yang dia incar,” gumam Kapita Lao yang sedang duduk di teras rumah. Dia mengayunkan kedua kakinya. Lalu kembali tersenyum sinis.
“Tidak semudah itu, kamu mengincarku. Bisa jadi, kamu sendiri yang akan tercabik.” Pria dengan wajah sangar itu kini tertawa sendiri. Meski pikirannya mulai dihantui oleh ketakutannya, dia berusaha percaya dengan kekuatannya. Jelas, dia bukan pria sembarangan. Sebab, sebelum Geti dan Suryo, dia juga pernah belajar ilmu songkok pada Jahal.
Sosok yang pernah diceritakan Jahal pada Suryo adalah Kapita Lao. Pemuda yang belajar ilmu dan digunakan untuk membunuh orang lain sebagai tumbal. Tidak hanya itu, banyak warga yang hilang menjadi korbannya. Cerdiknya, dia menjadikan alasan korban hilang diterkam binatang buas atau dihanyutkan ke laut.
Korban terakhir yang malam itu ditemukan Bapak Suanggi. Merasa terancam, Kapita Lao yang kala itu masih muda itu lantas memfitnah Suanggi sebagai songkok. Membawanya ke balai kampung dan mengarak ke rumahnya.
Warga yang tersulut lantas beramai-ramai menyambangi rumah Suanggi tanpa berpikir panjang. Terlebih, malam itu mayat yang ditemukan Saunggi sudah disentuhnya. Kapita Lao menjadikan itu sebagai bukti.
Alhasil, fitnah itu membuat Suaggi harus menyeret isterinya, Amak Santi menjadi korban kebinalan pemuda kampung. Mereka berdua dipenggal dan dijadikan korban fitnah. Setelah menyingkirkan Suanggi, pemuda itu lantas berusaha mengamankan diri. Dia dengan keji melakukan hal yang sama pada Kapita Lao kala itu. Hal itu dilakukan untuk mendapat simpati dari warga dan mengusung dirinya menjadi Kapita Lao yang baru. Semjua trik dan kemauannya tercapai. Dia tidak hanya membunuh banyak orang, tetapi berhasil duduk menjadi tetua adat dan Kapita Lao di desa Kalasuge.
Sekarang, dia mulai khawatir jika ada orang lain yang sedang mengincar nyawanya. Meski dia tahu, resiko itu sudah dipikirkannya sejak lama. “Kalau memang kamu berani membunuhku, malam ini datang ke rumah,” gumam pria itu dengan santainya.
Geti tidak sebodoh itu. Membunuh Kapita Lao tentu hal mudah untuk dilakukan. Hanya saja, dia tidak rela jika pemuda itu mati dengan cepat. Rencana Geti lebih dari sekadar membunuh. Dia berencana membuat orang itu benar-benar hancur.
Sasaran pertama adalah membunuh putra kesayangan Kapita Lao. Remaja tanggung yang masih berusia belasan itu menjadi target. Tidak seperti dua orang sebelumnya yang dijebak. Geti, langsung menikam punggung remaja itu dengan belati.
Jlebb…