Sekarang semua sudah ada di gubug. Perjalanan pulang yang sempat terhenti oleh kejadian yang menimpa Isnan, akhirnya berhasil di lalui oleh Tim Ekspedisi Indonesia. Hari ini, satu fakta berhasil dihimpun tentang kisah yang pernah merebak di tanah Sangir. Kisah seorang wanita songkok. Meski masih menyimpan misteri.
Sosok itu tetap masih ada dan bergentayangan di sekitar Tariang dan sekitarnya. Tubuh yang dikira hancur oleh air asin laut, tampaknya masih bergentayangan meski berubah bentuk menjadi sosok nenek tua yang lebih menyeramkan. Siapapun yang mengusiknya maka dia akan mati. Dan sekarang, sosok itu ada di antara tim Ekspedisi Indonesia dalam raga yang tidak dikenali oleh bentuknya yang berbeda. Tapi tetap sifat kesetanan masih ada dan justru raga tak bersalah itu menjadi penopang roh dan jiwa yang penuh dengan dendam.
Isnan masih kepikiran dengan kejadian sore tadi. Lebih banyak diam dan merenung. Berpikir keras dengan apa yang dialaminya. Mungkin, jika tidak ada daun kering itu, kepalanya sudah hancur oleh hantaman batu.
Mery datang mendekati Isnan, “heiy… kenapa?” tanya Mery sesaat setelah duduk bersisian dengan Isnan.
Menunduk, “entahlah. Aku bingung. Apa yang aku lihat seperti halusinasi. Tapi…” kalimatnya terhenti. Seperti tidak yakin dengan apa yang akan dikatakannya.
“Tapi kenapa?” tekan Mery. Berharap bisa mengorek sebanyak mungkin informasi dari Isnan dan memperkuat dugaannya terhadap Astri.
Isnan mendongak dan menghela nafas panjang. Melepaskannya dan, “aku benar-benar dalam keadaan sadar. Tidak ada bayangan apapun selain hantaman batu. Anehnya saat aku menoleh, Astri yang ada di belakangku. Apa aku salah menduga kalau Astri yang berusaha memukulku dengan batu? Karena…” lagi-lagi kalimat itu terhenti sesaat setelah Resti melihat ke arah Isnan dan Mery.
Isnan memberi kode dengan memicingkan matanya.
Mery sadar, dan segera menutup obrolan itu sesaat setelah melihat Resti mengamati keberadaannya. “Okey… mulai sekarang kamu harus hati-hati dan waspada dengan segala kemungkinan.” Ujarnya dan berlalu dari hadapan Isnan.
Malam semakin sunyi. Semua sudah tertidur pulas. Kecuali Isnan yang masih terjaga dengan tidak memejamkan mata. Ketakutan itu membuat Isnan sulit tertidur. Khawatir dengan apa yang dialaminya akan terjadi lagi. Meski banyak teman-temannya di sekelilingnya. Tapi, tidak menjamin keamanan Isnan yang memang sudah menjadi target pertama oleh Astri.
Iseng, Isnan coba keluar dengan membawa sebatang rokok. Pemantik itu mulai membakar ujung rokok. Dihisapnya, dan asap mengepul. Menikmati rokok dengan tetap memasang kewaspadaan.
Astri sudah ada di samping Resti. Entah hanya raganya saja dan jiwanya berkelana entah di mana. Yang jelas, Isnan bisa bernapas lega. Setidaknya untuk malam ini.
Dari balik pohon kelapa yang ada di samping kiri gubug terlihat seorang perempuan yang duduk. Terlihat punggungnya. Kedua mata Isnan seakan tidak yakin dengan yang dilihatnya. Halusinasinya mulai muncul. Dan alam bawah sadaranya mulai meredup. Sampai pada menit ke sekian, Isnan terpancing dengan godaaan sosok perempuan yang dilihatnya.