SONGKO

M A R U T A M I
Chapter #43

Chapter 43

Boleh jadi raganya adalah Astri. Tapi jiwanya telah tertukar dengan roh sosok nenek tua yang merasuk ke dalam tubuh Astri dan merubahnya menjadi setan bertubuh manusia. Keji. Di tangan Astri selalu ada peda; pedang panjang yang siap menebas tubuh-tubuh yang di dekatnya.

Astri mulai merajuk. Peda di tangannya seperti merubah sifatnya yang lembut. Dan kini, Astri berubah menjadi jagal. Jagal yang siap memotong tubuh teman-temannya. Sore tadi, Astri berhasil menangkap Zack. Dan mengoyak isi perutnya dengan peda miliknya. Menyeret tubuh Zack dan membawanya ke gubug tua yang menjadi tempat tinggal Astri.

Sebelum Zack tertangkap.

“Aku takut Zack… takut!” teriak Ersa dan menangis setelah melihat Astri membunuh Selvi dengan kejam.

Zack menoleh ke arah Ersa yang duduk di sampingnya. Tangannya tetap siaga, sebilah belati di genggamnya erat-erat. Menyenderkan kepalanya pada pohon beringin besar. Berharap pikirannya bisa lebih tenang. Di pelipis kanan masih keluar darah segar. Terluka saat menolong Resti yang hedak di bacok oleh Astri. Naasnya, Zack justru di hantam batang kayu tepat mengenai pelipis bagian kanan dan membuatnya tak berdaya. Beruntung masih bisa lari sesaat setelah sadar Resti telah tumbah oleh peda milik Astri.

Diam.

Zack tidak menanggapi kalimat Ersa. Baginya percuma. Suasana seperti ini akan membuat Ersa jauh lebih sedih.

Kini Ersa berusaha tenang. Menyeka air matanya. Mengikat rambutnya yang sudah terurai. Tangannya yang terluka akibat hantaman Astri pun di pijatnya perlahan. Memejakan mata. Menyender di pohon beringin tepat di samping Zack, kekasihnya.

“Aku masih ingat saat seleksi di kampus. Ketika malam mulai datang, maka berdoalah kunang-kunang akan datang dan membuat terang. Kamu tidak akan takut lagi.” Ucap Ersa mengingat kembali saat Resti masih hidup dan memberinya kekuata saat sesi halang rintang di pra kondisi di kampus.

Kebetulan Resti dan Ersa satu kelompok pada saat pra kondisi dan di sanalah Ersa mengenal Resti sosok yang gigih, peduli dan tenang dalam bertindak dan berpikir. Itulah yang membuatnya sedih da sulit melupakkan wajah Resti yang meringis kesakitan dan meminta Ersa segera lari saat Astri coba menerkaam tubuh Ersa. Restilah yang menolongnya, dan kini Ersa harus belajar merelakan kepergian sahabat terbaiknya, Resti.

Suara jangkrik berderik. Angin malam sudah mulai merebut kehangatan di tubuh Ersa dan Zack. Terutama Ersa. Tubuhnya benar-benar menggigil. Bibirnya kelu dan bergetar.

Zack melihat Ersa dan berusaha menghangatkan tubuh Ersa dengan jaket miliknya.

Lihat selengkapnya