Begitu pula dengan Ersa, matanaya menelisik. Mencari sesuatu yang bisa menjadi pelindung dari hujan yang bisa jadi tidak akan lama turun dan mengguyur mereka. “Aku akan cari beberapa daun dan pelepah sagu. Setidaknya, kita bisa gunakan para-para itu menjadi atap.”
“Aku ikut,” teriak Ari.
Segera mereka berduapun bersama-sama mencari pelepah sagu yang sudah terjatuh. Dua-tiga-empat pelepah berhasil dikumpulkan. Dan atap ala pramuka pun selesai.
Di bawah atap pelepah sagu, Ersa dan Ari coba mencari cara untuk menyusup ke gubug tua itu. Ersa sangat yakin, suara yang didengarnya malam sebelumnya adalah suara Mery. Sahabatnya.
“Kamu tahu, malam sebelum aku bertemu denganmu. Aku mendengar teriakan dari gubug tua itu. Aku yakin, suara itu suara Mery,” kata Ersa.
Ari menoleh dan memberinya senyum. Setidaknya, itu akan membuat Ersa sedikit lega. Keyakinannya disambut baik oleh Ari. “Semoga saja, mereka aman. Sama seperti kita,” ujar Ari.
“Bagaimana dengan Zack?”