Di sisi lain, di waktu yang sama.
Ersa berhasil membawa Astri menjauh dari Mery. Dia berhasil memancing sosok itu menjauh dari markasnya. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal, Ersa coba menahan lelah dengan berdiri di balik pohon. Berharap bisa menghirup nafas lebih lama dan mencari celah untuk terus berlari dan memancing Astri untuk terus mengejarnya.
Sialnya. Ersa tidak menemukan celah apapun. Gelap. Semua gelap.
Sedangkan sosok itu sudah ada di belakangnya. Hidungnya mengendus keberadaan Ersa. Penciuman makhluk ini sangat tajam. Ia berhasil menguasai semua ilmu hitam, SONGKOK. Korban yang dibunuhnyalah yang memberinya kekuaran hitam itu. Semakin banyak korban yang dibunuh maka kekuatan itu akan semakin bertambah. Lidah dan tulang lunak hidung korban akan menjadi santapan SONGKOK dan menambah kekuatan buat dirinya. Termasuk kekuatan mencium aroma tubuh manusia. Seperti yang sedang dilakukannya untuk mengendus keberadaan Ersa.
Mengetahui keberadaannya sudah tidak aman dan nyawanya terancam. Ersa tidak mempunyai pilihan lain selain berlari atau melawan. Dua pilihan yang sama-sama beresiko.
Pikirannya sudah buntu. Jika Ersa memilih berlari, maka kemungkinan untuk lolos pun akan sangat kecil. Diam dan tetap bersembunyipun tidak jauh mengerikan dibanding berlari.
Melawan.
Melawan adalah pilihan terakhirnya. Pikirannya sudah bulat untuk melawan Astri. Berbekal sebongkah balok kayu yang panjangnya tidak lebih dari panjang tangannya itu, Ersa bersiap untuk menghantam kepala Astri.
PLAK!!!
PLAK!!!