Malam itu jam 21:23 menit tepat di sebuah gang sempit yang sangat gelap, seorang perempuan sedang mengantar sebuah makanan siap saji dari restoran tempat dia bekerja.
Sepeda motornya perlahan membelah jalan yang begitu menakutkan, karena tidak banyak perumahan pada komplek yang begitu asing tersebut. Senyap dan sepi. Sampah-sampah bertumpuk banyak di pinggir jalan seakan sebagai hiasan akan jalanan yang perempuan itu lalui.
"Pesanan ayam goreng dan mie pedas hampir sampai, tolong berikan alamat dengan jelas agar saya bisa mengantarnya."
Sonna memberhentikan motornya, ia menelepon pemesan makanan tersebut. Alamat yang diberikan oleh pembeli itu sangat tidak jelas. Bahkan hampir tiga puluh menit Sonna menyusuri tempat itu, tidak juga ia temukan.
"Terus saja, di ujung jalan!"
Suara serak seorang pria di telepon terdengar, membuat Sonna mengernyitkan dahinya. Dia sedikit berjinjit untuk melihat jalan yang ada di depan sana, cukup gelap.
"Saya sudah di dekat penampungan sampah di daerah ini. Sebenarnya Anda di mana?"
Sonna terus meminta keterangan di mana tempat pembeli itu berada. Di jam seperti sekarang, adalah kesialan bagi Sonna untuk menyusuri tempat yang gelap. Penglihatannya tidak terlalu bagus jika di malam hari.
"Kamu di sana? Sedikit lagi jalanlah ke depan di sana ada gubuk kecil, cepatlah!"
"Baik," sahut Sonna yang menutup sambungan telepon.
Perempuan itu kembali menyalakan motornya. Kedua matanya seakan mengedarkan ke sekitar tempat itu, tempat yang lumayan menakutkan jika dipikir-pikir. Bahkan, bau yang sangat menyengat.
Motor bebek butut itu kembali menyusuri jalan. Semakin ke ujung, suasana semakin dingin dan gelap. Sonna sempat mengusap lengannya serta lehernya yang sempat merinding. Ketika tepat di ujung jalan, ujung depan motornya mengenai sebuah drum besar bekas minyak yang sudah berkarat. Perempuan yang memiliki rambut pendek itu pun memarkirkan motornya dan mematikan mesinnya. Ia turun sambil membawa plastik berisi makanan yang sudah dipesan oleh pembeli.
"Permisi? Bukankah di sini ada orang yang memesan dari restoran Shiao Zhou?"
Sonna mulai memanggil. Dengan pelan kedua kakinya melangkah ke sekitar tempat itu. Suara jangkrik sangat mengganggu telinganya malam ini. Penerangan di tempat itu tidak begitu bagus, hanya ada lampu kecil dengan warna yang kuning serta api unggun di dalam drum yang terbuat dari besi.
"Halo, apa ...."
"Iya, saya!"
Sonna langsung memalingkan tubuhnya saat sesosok pria datang dari arah belakangnya. Dengan baju kaos putih lengan pendek yang begitu lusuh. Rambut pria itu juga terlihat berantakan tidak terurus. Perempuan itu jadi sedikit takut.
"I-ini, pesanan Anda."
Sonna menyodorkannya langsung dan menerima tip dari pria itu. Satu detik lengannya menjauh, tiba-tiba tangan pria itu langsung mencengkram lengannya sangat kuat. Ia terkejut, kedua matanya terbelalak dan dadanya kembang kempis menahan rasa takut itu.
"M-mau apa, Anda?"
Sorot mata pria itu sangat tajam, bak seekor elang yang hendak memangsa buruannya. Tubuhnya yang tinggi dan jambang yang begitu lebat serta memiliki hidung yang besar membuat perempuan itu sangat ketakutan. Tangannya yang lain mengeratkan jaketnya dan meremasnya kuat.
Srakkkhhh!
Jaket yang Sonna kenakan langsung tersingkap dan jatuh dari pundaknya, namun masih menggantung pada badannya. Ia terjatuh ke tanah dengan seluruh tubuh yang gemetar.
"Hah!"
Tangan kekar pria itu sangat cepat melakukan hal semacam tadi pada jaket perempuan itu. Sesuatu yang tidak bisa Sonna cegah untuk menghindarinya.
Napas perempuan itu turun naik merasa gugup. Ia menggunakan kedua kakinya untuk memundurkan tubuhnya ke belakang menjauhi pria itu. Pria tersebut mulai kembali mendekatinya dengan tatapan yang begitu tajam. Sonna semakin takut, keringatnya bercucuran hingga tubuhnya merasa panas.
Tanpa suara dan tanpa menatap ke lain arah, tapi Sonna tahu kalau pikiran pria itu sangat kotor. Ia segera kembali memasang jaketnya dan cepat untuk berdiri. Namun, salah satu kakinya ditarik oleh pria itu dengan kuat secara langsung.
"Haaaaaakhhh! Lepaskan!"
Kedua tangan Sonna mencakar tanah sangat kuat. Tidak ada pegangan untuk bertahan dari sosok pria yang menarik satu kakinya entah berantah akan di bawa ke mana.
"Heaaaaaaakh!"
Perempuan dengan status pekerjaan Delivery Girl itu pun berusaha melemparkan barang-barang bekas di sepanjang jalan sekitarnya pada tubuh pria tinggi itu. Akan tetapi, usahanya tidak berbuah hasil. Ia diseret habis hingga kakinya yang lain terasa sakit mengenai aspal jalan, bahkan dagu lancip milik Sonna sedikit sobek akibat luka yang mengenai sebuah beling yang ada di tanah ketika diseret.
Gubrakh!
Tubuh Sonna dilempar ke sebuah tumpukan sampah yang sangat bau, tetapi masih berlapis dengan alas karung yang kotor. Tampaknya sebuah tempat yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
Wajah perempuan itu tertutup oleh rambutnya yang terurai. Dengan sayup-sayup kedua matanya masih melihat apa yang dilakukan pria itu. Berdiri mengambil napas dan menatapnya dengan tatapan menakutkan.