Sopir buta yang membawa Cahaya

Lestiyani
Chapter #2

Bab 2 — Bunyi yang Salah

Navid duduk di kursi samping pengemudi seperti biasa. Truk berwarna abu melaju perlahan di jalur berbatu yang membelah lembah, membawa muatan dalam drum logam tertutup terpal. Angin kering membawa bau besi, oli, dan sesuatu yang lebih menusuk: zat kimia yang membuat Navid mengernyit.

Biasanya muatan mereka adalah makanan kaleng, pakaian, atau peralatan medis. Tapi kali ini, bau aroma logam dan uap tajam memenuhi udara bahkan sebelum truk menanjak.

Ia tak bertanya. Dan memang dia tidak pernah bertanya. Tapi kali ini ia membisikkan satu kalimat kepada sopir.

“Kau yakin ini bantuan medis?”

Sopir tidak menjawab. Tapi ia menekan pedal gas lebih dalam, seolah ingin menghindari pertanyaan.

Truk mereka menempuh rute lintas barat—jalur yang hanya dikenal oleh beberapa orang lokal dan satu orang buta. Navid bisa mengingat suara kerikil, jarak antar pohon kering, bahkan kecepatan angin di setiap kelokan.

Tapi hari itu, di tikungan ke-18, ia mendengar bunyi yang salah.

Bukan suara mesin. Bukan gesekan roda. Tapi suara dentuman jauh di lembah sebelah kiri, disusul kilatan samar yang terlihat oleh sopir.

Lihat selengkapnya