Navid tahu satu hal pasti: jalan bisa berbohong, tapi suara tidak.
Ia tumbuh di dunia gelap, tapi tidak sunyi. Setiap gemerisik daun, gema suara burung malam, dan denting rantai roda punya arti. Ia bisa membedakan truk yang melaju tergesa karena takut, dan truk yang melaju perlahan karena mengangkut sesuatu yang rapuh. Jalanan adalah ruang peta di kepalanya—bukan dilihat, tapi dirasa.
Minggu itu, ia menguji suara misterius di radionya. Ia menyebutkan satu lokasi yang tidak ada dalam peta militer, tapi digunakan oleh sopir logistik saat jalan utama rusak: Jalur Celah Tua—jalur yang hanya bisa dilalui dalam waktu dua jam antara matahari terbenam dan pasukan patroli pagi.
> “Ada satu tikungan dengan batu menonjol. Kalau kalian tahu batu itu, pasti kendaraan kalian tak akan terguling,” katanya pelan.
Tak ada jawaban malam itu. Hanya suara angin.
Namun dua hari kemudian, saat Navid naik ke truk logistik lain, ia mendengar gumaman sopir: