Sopir buta yang membawa Cahaya

Lestiyani
Chapter #7

Bab 7 — Operasi Jembatan Tuli

Semua berawal dari bisikan kecil.

Navid tidak tahu bahwa lintasan yang ia lewati setiap minggu adalah jalur utama logistik senjata strategis. Ia hanya tahu satu hal: setiap hari Kamis, tiga truk identik lewat jembatan tua yang nyaris roboh, di tengah celah ngarai sempit. Di bawahnya, sungai yang dulu deras kini tinggal batu dan debu.

Mereka menyebutnya Jembatan Bisik—karena kendaraan harus melambat, dan suara apapun bisa terdengar dari seberang. Namun, Navid menyebutnya beda:

“Itu Jembatan Tuli,” katanya di radio.

“Karena tak ada yang pernah mendengar jeritan jika kau jatuh dari sana.”

Suatu malam, suara di radio mengajukan pertanyaan:

“Kapan truk paling berat lewat jembatan itu?”

Navid menjawab dengan tenang:

“Hari Kamis. Antara pukul 02.00 dan 03.30 dini hari. Mereka tunggu kabut untuk menutupi pergerakan.”

“Kita tidak butuh ledakan besar. Hanya waktu yang tepat.”

Lihat selengkapnya