Sopir buta yang membawa Cahaya

Lestiyani
Chapter #9

Bab 9 — Jenazah Tanpa Doa

Malam itu dingin. Tapi dingin yang Navid rasakan bukan dari udara. Melainkan dari sesuatu yang menggigil dalam dirinya.

Ketika pintu gudang dibuka, dan dua orang asing berpakaian penjagal masuk, ia tahu—waktunya habis.

“Kita tak bisa menunggu lebih lama,” bisik mereka.

“Rute sudah terbuka. Tapi kita hanya punya satu cara: kau akan keluar sebagai mayat.”

Navid tersenyum pahit.

“Lucu. Aku hidup tanpa melihat dunia… dan sekarang harus berpura-pura mati agar bisa melihat cahaya.”

Peti itu sudah siap: peti pendingin dari baja ringan, biasa dipakai untuk distribusi jenazah korban kecelakaan.

Di dalamnya: kantong daging sapi halal, satu kantong plastik besar berisi es kering, dan lubang udara kecil yang nyaris tak terlihat di bagian bawah.

Navid masuk perlahan. Ia meraba sisi kanan, mengenali posisi lubang udara.

Ia berbaring telentang. Untuk pertama kalinya sejak usia 17 tahun, ia merasa lebih gelap dari biasanya.

Tak ada suara. Tak ada gema. Hanya detak jantungnya sendiri yang menjadi kompas.

“Kau akan dibawa lewat tiga pos penjaga,” bisik handler-nya dari luar.

“Katakan dalam hati setiap nama yang ingin kau bawa ke dunia baru. Karena setelah ini… kau bukan lagi Navid.”

Lalu peti itu ditutup.

---

Pos Penjaga Pertama.

Lihat selengkapnya