Jombang, 18 Maret 2019.
“Ra, besok Tata ulang tahun. Kita buat kejutan yuk!” Ucap Echa.
“Ayo, ajak yang lain juga biar seru, Cha.” Ucapku.
“Sit, besok buat kejutan ya. Buat ulang tahunnya Tata.” Ucap Echa.
“Eh iyo, tak omongne ruqoyyah yo. Ben melok pisan areke.”[1]Ucap Akshita.
“Iya, ikut semua aja biar seru.” Ucapku.
“Ruqoyyah… Melbu o rene. Tak kandani.”[2] Ucap Akshita terhadap Ruqoyyah yang masih merapikan tumpukan bak cuci di luar kamar.
“Kenapa Sit?” Tanya Ruqoyyah yang baru saja masuk kamar.
“Sesok kan Tata ulang tahun, ayo digawekne kejutan.”[3] Ucap Akshita.
“Oke, kejutan apa Sit yang mau kita kasih?” Tanya Ruqoyyah.
“Gimana kalau kita kasih kejutan kue ulang tahun aja? Besok kan hari selasa jadi kita bisa bawa makanan dari luar. Biar simple juga.” Ucapku.
“Iya, kayak gitu aja.” Ucap Ruqoyyah.
“Aku setuju. Besok pulang kuliah bisa langsung kita rayain.” Ucap echa.
“Iyo wes, ngunu ae. Wes ayo dikumpulne ya, urunan nang aku”[4] Ucap Akshita.
***
Jombang, 19 Maret 2019.
Mentari bersinar dengan cerahnya. Udara panas memeluk semesta. Akshita, Ruqoyyah, Echa dan aku pulang bersama. Sebuah kue telah kami siapkan untuk Tata. Sederhana saja. Yang terpenting adalah momen kebersamaan yang kami punya. Kebahagiaan yang kami rasa.
“Echa, kamu duluan ya. Lihat keadaan.” Ucapku.
“Sepertinya Tata belum pulang kok.” Ucap Ruqoyyah.
“Eh, pelan-pelan jalannya, Sit. Nanti kuenya rusak.” Ucapku.
“Aku udah hati-hati kok ini.” Ucap Akshita.
Kami bertiga terus menapaki tangga. Dengan sangat hati-hati tentunya. Echa telah terlebih dahulu memasuki kamar sembari melihat keadaan. Teras kamar masih lenggang. Belum ada tanda bahwa Tata telah pulang. Kami terus melangkahkan kaki hingga mulai memasuki bagian kamar. Alangkah terkejutnya kami melihat keadaan kamar yang berantakan.
“Lho, Echa. Ini kenapa? Kok berantakan gini?” Tanyaku.
“Aku juga gak tau, Ra. Bukan aku yang ulang tahun. Kenapa lemariku yang jadi berantakan. Semua isi lemari dikeluarkan.” Ucap echa yang mulai memunguti barang miliknya.