Aku mulai memasuki tahun ajaran baru dan aku sudah kelas 4 SD. Aku bertahun-tahun hanya bisa menunggu kabar dari papaku yang sudah tak menghubungiku lagi. Aku sering jatuh sakit, aku sering masuk ke rumah sakit. Yaa sebenarnya cuma tifus, tapi dalam sebulan aku bisa masuk rumah sakit 3 atau 4 kali. Sampai-sampai suster-sustet di rumah sakit aja hapal dengan mukaku, rumah sakit seperti rumah keduaku.
Mulai kejadian itu, aku tak pernah menanyakan tentang papaku pada mamaku. Aku sudah terlanjut benci karena kepergiannya tanpa aba-aba.
Aku hidup berdua dengan mamaku dan juga pembantu di rumahku yang membantu beberes rumah dan membantu menyiapkan segala kebutuhanku untuk apapun itu.
Weekend
Saat weekend aku selalu berada disamping mamaku, kemanapun ia pergi aku akan ikut. Bahkan mamaku ke toilet saja aku mengikutinya dan menunggu mamaku dari luar toilet. Padahal aku sudah kelas 4 SD tapi aku masih selalu jadi anak yang kalau weekend aku harus bersama dengannya. Karena aku sudah tak punya sosok papa lagi, jadi hanya mamaku saja teman bermainku ketika hari libur.
Suatu ketika di hari itu, rumah kami kedatangan seorang tamu pria ya yang umurnya bisa dikatakan sedikit lebih mudah dia dari papaku. Aku menganggap ya itu teman mamaku, karena cukup sering juga rumah kami kedatangan tamu dari teman mamaku dan keluarga dari mamaku.
Mamaku menemani tamu tersebut, dan aku duduk di pangkuan mamaku sambil memeluk bonekaku. Mereka bercengkrama berdua saling tawa dan kadang lelaki itu memintaku menunjukkan bakatku untuk memainkan sebuah piano yang ada di rumah. Aku dari TK memang senang memainkan piano. Aku dengan senang hati menunjukkan permainanku dalam berpiano.
Semenjak kedatangannya, kami semakin akrab. Dia sering mengajakku ke tempat bermain, ke mall betsama, membelilkanku mainan, dan banyak hal untuk membuatku senang. Dia baik sekali padaku dan juga mamaku.