Seperti biasa, seluruh koridor di gedung SMA Cendrawasih penuh oleh murid-murid yang lalu-lalang atau sekadar nongkrong-nongkrong pada jam istirahat. Sebetulnya Ergi sama sekali tidak punya kepentingan di koridor kelas XII karena ia murid kelas X. Namun, siang itu seperti beberapa siang sebelumnya, dia sengaja lewat-lewat di sana. Tujuannya cuma satu, dia mau melewati kelas XII-2 sambil diam-diam menggenggam sekilas tangan salah seorang murid kelas itu. Namanya Tryphosa, gadis itu juga sudah menunggu Ergi.
Di ujung koridor, Ergi melihat Tryphosa sedang berdiri di pinggiran tembok pembatas. Ergi tersenyum. Koridor saat itu sepi. Jadi, mungkin dia bisa berhenti sejenak untuk mengobrol dengan Tryphosa. Ergi melangkah penuh semangat. Semakin dekat dia melangkah, semakin siap tangannya untuk menyentuh tangan Tryphosa.
“Haiii, Ergi ....”
Mendadak muncul segerombolan cewek senior kelas XII yang menyapa Ergi dengan centil bagai regu kor. Sontak tangan Ergi tersentak dan malah salah pegang! Alih-alih menggenggam tangan Tryphosa, malah punya Boris, murid kelas XII yang lain.