Hari ini Rhea mendapat tugas mengantarkan buku yang berisi kumpulan tugas semua anak di kelasnya ke meja Bu Nur. Dengan langkah penuh hati-hati, gadis itu menuju ruang guru yang terletak dibarisan depan dekat lapangan voli. Terlihat di lapangan voli, beberapa anak cowok sedang bermain di sana yang dapat Rhea lihat dari tempatnya saat ini.
Saat melewati koridor yang bersebelahan dengan kelas XII IPS 4, kelas kakak kelas yang pernah Rhea tegur waktu upacara lalu. Berbagai tatapan tak suka kini diterima oleh gadis itu. Kumpulan cewek-cewek yang duduk di depan kelas itu kasak-kusuk membicarakan sesuatu yang dapat di dengar jelas oleh Rhea.
“Jangan belagu lo, Sa. Baru junior juga.”
“Serah gue lah.”
“Bukannya merendah malah semakin jadi lo, baru aja masuk PKS udah sok-sokan jadi pemimpin.”
“Iya tuh, lo emang rese jadi orang.”
Rhea menghela napas, gadis itu tahu betul jika kalimat itu ditujukkan untuk dirinya, meski secara tidak langsung. Rhea yakin kakak kelasnya itu pasti bercerita kepada teman-temannya, beraninya rombongan sih.
“Enaknya orang kaya Resa diapain, ya?”
“Diceburin dalam got, biar tau diri.”
Meski Rhea sudah melewati kelas itu, perkataan mereka masih bisa di dengar oleh Rhea. Sebab mereka berbicara dengan sedikit berteriak, supaya gadis itu dapat mendengar semuanya. Tapi, Rhea tidak merasa terusik sedikitpun. Gadis itu tetap berjalan ke ruang guru untuk mengumpulkan tugas.
____***____
“Rhe, kantin yok!” ajak Viana pada Rhea.
“Gak ah, gue nitip minum aja ya.” Viana mendengus sebal mendengarnya.
“Punya kaki, kan?”
“Lo mah gitu sama temen sendiri, PR bahasa indonesia gue belum kelar nih. Gue gak mau dapet nyinyir dari Nenek, ntar.”
“Jangan keras-keras ogeb, ntar dia denger panjang urusannya!” Rhea hanya menunjukkan cengiran tanpa dosa. Ya, nenek adalah sebutan teman-teman kelas Rhea pada guru bahasa indonesia yang hobinya nyinyir.
“Ya udah sini duit, lo!” ucap Viana sambil mengulurkan tangan ke arah Rhea. Lagi-lagi Rhea hanya nyengir tanpa dosa yang membuat Viana menghela napas pasrah, gadis itu tau betul apa maksud Rhea sekarang.
“Minum apa lo?”
“Kayak biasanya aja, minuman paling mahal di kantin. Tea jus gula batu.”
“Iya, yang seleranya tinggi. Apalah aku yang hanya nutrisari jeruk.” Viana terkekeh setelah mengatakannya.
“Ah, sialan lo. Udah sana beli!”
Setelah Viana pergi, Rhea kembali fokus pada tugasnya yang belum selesai. Baru saja gadis itu menuliskan beberapa paragraf, ponsel miliknya bergetar. Segera gadis itu mengambil ponselnya yang berada di saku. Sebuah senyuman kini terukir di wajah gadis itu, setelah melihat yang mengirim pesan adalah Dika. Orang yang sebelumnya sangat tidak Rhea sukai, tapi pesan darinyalah yang membuat Rhea senyum-senyum sendiri akhir ini.
[R]
[R]
[R]
[Perasaan lo kalau nyepam pake R mulu, kenapa gak P kayak lainnya?]