Di depan kelas XII IPA 3, terlihat Rhea yang sedang berdiri bersandar pada tembok. Gadis itu memainkan ponsel di tangan, beberapa kali matanya melirik ke arah pintu, berharap seseorang yang ia cari terlihat di sana.
Cukup lama Rhea berdiri di sana, gadis itu berdecak sebal karena yang ia tunggu belum kunjung keluar. Ini salah Rhea juga sebenarnya, sepertinya kelas XII sedang ada kelas tambahan, makanya lama. Rhea menghela napas lega, ketika melihat siswa-siswi yang keluar. Menelisik di antara celah—gadis itu mencoba mencari keberadaan Abi.
“Kak Abi.” Abi mengernyitkan kening melihat Rhea yang sudah ada di depannya. “Gue mau bicara sama lo.”
“Apa?”
Bukannya menjawab, Rhea malah sibuk mengedarkan pandangannya ke segala arah. Abi hanya diam melihat gadis itu. Mengalihkan pandangan, Rhea kembali fokus ke satu titik, yaitu Abi.
“Gak di sini,” ucap Rhea. Abi mengangguk, menarik tangan Rhea pergi dari sana. Rhea hanya menurut saja pada cowok itu, gadis itu sempat mengernyit bingung, tapi dia tidak bertanya maupun mencoba melepaskan tangannya dari cowok itu.
Abi membawa Rhea sampai ke parkiran dan itu terlalu jauh menurut Rhea.
“Lo mau ngomong apa?”
“Kak Abi yang ngasih gue es batu, tadi?” tanya Rhea.
“Iya, emang kenapa? Lo gak suka? Ya udah buang aja,” jawab Abi acuh. Rhea menghela napas mendengarnya. Cowok ini memang selalu bisa membuat Rhea kesal bukan main.
“Bukan gitu, tapi—“
“Bentar,” potong Abi cepat. Cowok itu merogoh ponselnya yang bergetar di saku. Raut wajah yang tenang kini terlihat khawatir. Rhea yang menyadari perubahan raut wajah Abi hanya mengernyit bingung
“Kenap—“