“Ada yang ingin ditanyakan?”
Semua orang yang tengah duduk di lapangan tanpa alas duduk terdiam, termasuk Rhea. Saat ini Rhea tengah mengikuti materi tentang ‘Gatur Lantas’ yang di adakan di lapangan voli. Dengan pemateri si ketua PKS (Patroli Keamanan Sekolah) tempat ia belajar, yaitu SMA Laksana. Tapi, bukannya memerhatikan, gadis itu malah sibuk dengan pemikirannya sendiri. Apalagi kalau bukan tentang pemilik akun yang membuat Rhea naik pitam.
Rhea terkejut, ketika mendengar bunyi peluit yang sangat keras hingga terasa menusuk gendang telinga. Gadis itu mengumpat di dalam hati, ditatapnya cowok yang saat ini tengah berdiri di depan dengan peluit yang terikat tali di pundaknya. Mata hitam legam milik cowok itu menatap tajam, seakan ingin membunuh orang-orang yang ada di hadapannya.
“Yang di belakang, maju ke depan! Peragakan apa yang saya contohkan tadi!” Rhea mengernyit bingung. Gadis itu menoleh ke segala arah, mencari-cari siapa yang dimaksud si ketua PKS itu.
"Apa yang kamu cari!?"
Rhea terdiam, gadis itu bingung. Tersenyum canggung, Rhea menunjuk ke arah dirinya sendiri. "Saya, Kak?"
"Siapa lagi kalau bukan kamu!?" Rhea mendengus sebal, gadis itu kembali mengumpat di dalam hati.
"Sekarang, maju ke depan!" Rhea menelan ludah dengan susah payah. Salahnya juga ia tak memerhatikan. Sekarang bagaimana bisa dia memperagakan gerakan yang dicontohkan tadi? Jika mengamatinya saja tidak.
“Sekarang!” bentaknya. Rhea menghela napas, berjalan ke depan dengan modal keberanian.
“Ayo mulai!” Gadis itu tersentak kaget mendengarnya. Kakak kelasnya itu memang sangat menyebalkan, daritadi dia terus saja membentak. Iya, Rhea tau jika anggota PKS itu harus tegas, apalagi jika menjabat menjadi seorang ketua. Tapi, tidak bisakah dia tidak membentak sekali saja saat bicara? Padahal tanpa membentak pun Rhea dapat mendengar ucapannya itu.
Dengan percaya diri, Rhea hanya berdiri seperti patung di depan teman-temannya. Gadis itu tak tau harus bagaimana. Dia ... bingung. Sangat.
“Kenapa hanya diam? Saya menyuruh kamu ke depan bukan untuk jadi patung pancoran di sini.”
Lagi-lagi Rhea hanya diam, gadis itu menatap teman-temannya yang saat ini tengah menahan tawa. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang mengeluarkannya karena takut dengan cowok di samping Rhea.
“Di sini bukan tempatnya untuk main-main. Jika kalian masuk organisasi ini hanya untuk mencari sensasi, sebaiknya mengundurkan diri sekarang juga. Saya tidak mau memimpin anggota yang tidak bisa menghormati orang lain dan tidak serius,” ucapnya dengan nada yang turun satu oktaf saja, tapi masih terdengar menakutkan.
“Sekarang, lari lima kali putaran!” bentaknya pada Rhea. Gadis itu hanya mengepalkan tangannya, tidak mungkin juga dia melawan. Karena posisinya di sini dia salah dan juga dia baru junior di organisasi ini. Masa baru masuk langsung dikeluarkan.
Meski tak ikhlas, Rhea tetap melaksanakan hukumannya.
“Ini peringatan untuk kalian semua, bukan hanya untuk teman kalian yang sedang lari itu. Jika kalian masih main-main, sebaiknya keluar dari organisasi ini!” tambahnya.
“Jika tidak ada yang ingin ditanyakan, materi saya tutup. Kita lanjutkan materi ini dengan praktek minggu depan dan saya harap kalian semua sudah bisa!"