"Engga ada yang ngelarang kalo lu kangen sama papa, lu juga boleh terus berharap kalo papa bisa balik lagi ke kita, tapi untuk itu, gw gak yakin kalo papa yang sekarang yang entah kayak gimana bakal tetep sama kayak papa yang dulu gw kenal" Abigail bilang begitu seraya menaruh hpnya di atas meja, lantas menoleh ke sampingnya menatap Krista.
ah, ingatan itu kembali berputar di kepala Abigail, hujan deras yang sekaligus ditemani dengan guntur yang muncul dengan suaranya yang menggelegar. Abigail yang umurnya bahkan masih 12 tahun, tengah menangis dan terduduk di depan papanya yang baru saja datang ke rumah namun tiba-tiba meraung marah dan berakhir dengan melukai Abigail yang baru keluar dari kamarnya.
bau yang amat pekat tercium dari papanya, Abigail tak tahu itu bau apa, yang sekarang dia lakukan hanyalah menutup hidungnya agar bau itu tak terlalu tercium olehnya, karena itu membuat Abigail ingin muntah. sambil terus terisak dia memohon kepada papanya agar berhenti untuk memukulnya,
"papa, cukup, ini sakit....."
"cih, anak tak tahu diri, bisanya cuman nyusahin!!, lihat apa yang udah adik kamu lakuin?!! dia yang membuat mamamu meninggal!! Abigail!!"
Abigail menangis makin kejar, bahunya bergetar dan juga suara isakannya yang makin jelas terdengar, dia memegang kedua bahunya, dirinya benar-benar takut sekarang.
"harusnya kubunuh anak itu dari dulu!!" Bryan karan-papanya Abigail menoleh ke lantai atas, dimana kamarnya Abigail dan adiknya berada.
"dan sepertinya harus kulakukan sekarang"
nafas Abigail tercekat, dia langsung mendongak dan meraih kedua kaki Byran, berusaha untuk menahannya. "papa jangannn!!!
teriakan Abigail tak berhasil membuat Bryan berhenti, pun dengan kedua tangannya yang masih terus memegangi kaki Bryan, karena tak lama setelahnya, Bryan dengan tak ada perasaannya menendang keras tubuh kecil Abigail, membuatnya terlempar ke belakang sambil memegangi perutnya yang terasa ngilu.
"pa-papa..jangan..." suaranya terdengar kecil, ia terus merintih kesakitan, namun Abigail tak ingin adik satu-satunya itu terluka, bahkan jika memang dengan teganya Bryan membunuhnya.
kini Bryan sudah jalan menaiki tangga dengan tangan yang terus mengepal, menahan segala emosi yang akan ia keluarkan nanti, suara rintihan dan memohon Abigail tak ia pedulikan. Sampai saat dia berdiri di depan kamar Krista, adiknya Abigail.
tanpa mengetuk atau bahkan berbicara, Byran mendobrak pintu itu dengan amat keras, matanya menatap tajam ke seluruh kamar yang ternyata kosong, tidak ada Krista disana.
"dimana kamu sembunyikan adikmu, Abigail?!!" terisk Bryan dari dalam kamar, ia terus mengobrak-abrik seluruh tempat, terus mencari karena bisa jadi Krista bersembunyi.
Abigail menggeleng sambil terus menangis, dia terlalu terkejut dengan sikap papanya sekarang, itu benar-benar membuatnya takut. Karena semarah apapun dulu papanya, papanya tak sampai seperti ini.
Bryan keluar dari kamar, lantas menoleh kebawah, " jangan sampai kau benar-benar menyembunyikannya Abigail!!, atau aku benar-benar akan membunuh kalian berdua!!" katanya, menuruni tangga. "aku akan kembali dan lihat saja nanti Abigail, kau akan menerima akibatnya"
hening.
"mama..." tangis Abigail, ia memegang perut dan kepalanya yang barusan ditendang lumayan keras oleh Bryan. sakit karena dipukuli oleh papanya itu tak seberapa bagi Abigail, namun sikap papanya yang sekarang lebih membuatnya sakit. Jujur, hatinya terus berdenyut nyeri setiap papanya berteriak dan membentaknya.
Abigail terdiam, kemudian menghela nafas untuk meredakan isakan tangisnya, ia berusaha berdiri walaupun ngilu di perutnya sangat lebih terasa saat dia bangun, sampai saat kedua tangan kecil yang memegang kedua bahunya pelan, langsung membuatnya berhenti untuk bangkit dan menoleh ke arah sampingnya,
itu Krista, kedua pipinya sudah basah karena air matanya, ia memeluk Abigail sangat erat.