Jean berusaha masuk kedalam apatemen yang sekarang sudah dikerumuni oleh penghuninya yang selamat keluar dari apartemen. tubuh kurusnya terus tertahan karena banyaknya orang disekitar sana. Jean berdecih
akhirnya ia memilih berjalan masuk melewati pintu samping yang selalu terbuka, ia berjalan perlahan dan akhirnya masuk. begitu di dlama sudah banyak orang yang berlarian dan yang turun dari lantai atas, menggunakan tangga. Matanya terus melihat orang-orang yang turun itu, sampai orang yang turun semakin sedikit dan ia tak menemukan kedua orang yang sedari tadi dikhawatirkannya. Jean nekat menaiki tangga.
terus naik, sampai di lantai 2 tempatnya tinggal. begitu disana, kobaran api yang begitu beras sudah membakar hangus seluruh lorong yang membuat Jean tak dapat melihat jelas.
"Jean"
suara itu sintak membuat Jean menoleh ke tangga menuju lantai berikutnya, itu suara Allysa. Tanpa pikir panjang, Jean berlari menuju lantai atas, terus naik sampai dirinya berada di rooftop tepat lantai ke 5 apartemen. Ia yakin suaranya terdengar jelas disini. matanya jeli mencari keadaan Allysa.
"mamaaa" teriaknya, sambil terus berjalan mencari-cari.
"mamaaaaa"
"Jean"
"mamaa???!!"
suatu pukulan yang keras mengenai kepala Jean tiba-tiba, Jean berbalik mengahadap kebelakang namun tangan yang muncul dari depannya mendorong paksa Jean ke belakang. Lehernya diceket dengan lumayan keras.
"ughh!! akhh"
"kita bertemu lagi Jean"
sungguh, pandangan Jean memburam, pukulan tadi masih membuatnya pening ditambah cekikan di lehernya yang membuat dirinya kesulitan nafas.
namun samar-samar dia bisa melihat wajah yang dikenalnya. laki-laki yang status sebenarnya baru diberitahu oleh Allysa, itu papa kandungnya sendiri.
"kamu yang membuat istriku mati, dasar anak sial!!, ouh tunggu, apa sebaiknya aku membuat kamu menyusul orang tua palsumu yang sama-sama membawa sial itu menuju neraka sana??"
Jean melotot, wajahnya sudah benar-benar merah. Disana ia pun menangis juga, hatinya begitu berdenyut nyeri terhadap kenyataan yang dirasakannya.
"baiklah aku akan mengantarmu kepada orang tuamu" Bryan, dengan sekali mendorong tubuh lemah Jean yang posisinya sudah berada di ujung pembatas, Jean terjatuh darisana. Bryan melongokkan badannya sedikit ke bawah melihat tubuh abigail yang terlihat membuat orang ngilu jika melihatnya karena posisi tangan dan kakinya yang tak biasa. Namun itu membuat Bryan tersenyum senang.
sebelum akhirnya ia kabur tanpa diketahui oleh orang lain.
***
"ohh astaga..astaga" nafas Abigail tercekat ingatan itu, ingatan terakhir Jean. Ia terduduk sambil bersender pada dinding.
papanya, papanya yang kabur entah kemana ternyata telah membunuh kakak beserta suami mamanya, dan juga..Jean kembaranya. ia mengusap-usap dahinya yang berkeringat dingin.
"sudah melihatnya?" kebiasaan. Jhonny muncul dengan tenang dihadapan Abigail/
"gw masih gak percaya sama ini"
"tapi memang itu kenyataannya"
"ohh..astaga"