Kelopak mata terbuka menampilkan bolat mata coklat yang indah, senyum terukir melengkapi wajah cantiknya di pagi hari.
Tidur malamnya tanpa bedan, tidak ada tugas mendadak yang ia kerjakan tengah malam. Bangun pun tubuhnya ringan dan riang.
Gemma mencari polselnya dengan terburu, ia ingin memutar sebuah lagu yang sedari tadi berputar di kepalanya.
Lagu dengan judul Guru tersayang.
Musik mengalun mengiringi aktifitas pagi Gemma.
Pagi ku cerah ku.
Matahari bersinar.
Ku gendong tas merah ku di pundak.
Melihat kearah kaca, memastikan dirinya sudah sempurna untuk menyambut hari.
Selamat pagi semua.
Ku nantikan dirimu.
Di depan kelas mu.
Menantikan kami.
Gemma menyapa semua orang yang lewat di dekatnya dengan senyum yang tak lepas dari bibir mungilnya.
Guru ku tersayang
Guru tercinta
Tanpa mu, apa jadinya aku
Bibir Gemma mengikuti lagu yang masih ia putar diponselnya.
Tak bisa baca tulis
Mengerti banyak hal
Guru ku, terimakasih ku
Gemma mulai memasuki kawasan kampus yang tampak ramai. Sampai pada gedung kelasnya, ia memasuki kelas dengan riang.
"Selamat pagi semua.. Ku nantikan diri mu. Di depan kelas mu, menantikan kami"
Teriak Gemma tanpa sengaja. Beberapa teman melihat kearahnya yang sedang membentangkan kedua tangan di depan kelas.
Pau yang melihat temannya seperti orang gila langsung menariknya duduk.
"Pagi" sapa Gemma pada Hira di seberang kursinya. Namun sapaannya diacuhkan oleh Hira.
Gemma berpikir ada apa dengan Hira pagi ini. Biasanya Hira orang paling ramah, walau Hira sedang sibuk mengerjakan sesuatu, tetapi jika ada yang menyapanya ia akan menjawab.
Gemma bertanya pada Pau tentang perubahan sikap Hira padanya.
"Lo ga tau? Ih masa sih lo ga tau?!" tanya Pau meyakinkan saat Gemma menjawab dengan gelengan. Hembusan napas terdengar, Pau tidak tau apakah Gemma polos atau tidak peduli pada postingan temannya. Ia membuka aplikasi instagram, mencari nama seseorang lalu membuka insta story orang tersebut.
Sebuah video yang menampilkan keadaan hutan kota setelah diguyur hujan, diakhir video terdengar teriakan dari Luki "ASTAGA! PEMANDANGAN APA INI?!"
Gemma memejamkan mata, kepalanya seketika berputar. Kejadian kemarin ternyata terekam oleh Luki.
"It was accident. Wisnu kepleset terus narik gue" jelas Gemma.
"Tapi mereka tidak peduli alasan lo" tunjuk Pau dengan dagunya kearah Hira dan Ahmad.
"Gue harus apa? Bakal panjang kalau gini" ucap Gemma yang melihat takut kearah samping.
Hira yang semalam melihat story Luki membuatnya tidak bisa tidur. Memikirkan kemungkinan yang terjadi, mikirkan gosip yang tersebar belakangan ini.
Hatinya panas melihat Gemma bisa sangat dekat dengan Wisnu. Begitupun Ahmad yang tidak menyukai Gemma karena terlalu dekat dengan pria pujaan hati sahabatnya.
Sepanjang mata kuliah Gemma seperti ditatap laser oleh teman-temannya. Pagi cerah yang ia harapkan akan bertahan hingga sore hari, tapi kenyataannya sebelum paginya dimulai ia sudah mendapatkan masalah.
Saat jam makan siang, Gemma bergabung dengan ketiga teman Pau dalam satu meja. Mereka senang Gemma ikut bergabung, karena mereka sudah bosan jika melihat wajah Pau saja. Mereka butuh pencerahan seperti melihat Gemma.
"Hati-hati lakinya marah" gurau Pau.
Gemma menyikut lengan Pau "Enggak, ga punya pacar gue. Jangan gosip"
Cukup teman kelasnya saja yang memusuhi Gemma, jangan satu kampus.
Suara kaki kursi yang bergesekan dengan lantai terdengar sedikit memekakkan telinga membuat mereka menoleh.
"Darimana aja lu?" sambut tangan Revan pada pria yang baru saja datang bergabung dengan mereka.
"Habis ngutang sama siapa lagi?" tunjuk Mugi pada mangkuk mie ayam yang dibawa pria tersebut.
"Enak aja, hari ini gue bawa duit" potong pria itu memperlihatkan uang yang ia keluarkan.
"Kalau gitu bayar utang lo" Mugi sudah memberikan tangannya pada pria tersebut. Namun bukannya diisi oleh uang, pria itu malah memberikan tepukan pada tangan Mugi.
"Besok" ucapnya yang membuat satu meja tertawa karena melihat wajah masam Mugi.
Bara melirik Gemma yang sedang tersenyum kearahnya. Sedikit mencubit paha Revan yang berada di sampingnya untuk bertanya siapa gerangan yang sedang tersenyum kearahnya.
"Aw! Kenapa lu cubit paha gue?" ringis Revan.
Bara menunjuk Gemma dengan dagunya. Revan melihat arah yang ditunjuk temannya itu.
"Lo belum tau? Eh Gem, ada yang mau kenalan" Gemma menoleh kearah Revan.
"Kenalin dia Gemma, ini Bara" Revan menjadi jembatan perkenalan antara keduanya.
"Gemma" sambut Gemma memberikan jabatan tangan. Bara segera membersihkan tangannya pada baju Revan sebelum bersalaman dengan Gemma.
"Bara" ucap Bara dengan senyum.
"Sudah jangan lama-lama" kali ini Pau yang memutuskan genggaman tangan mereka.
Mereka melanjutkan makan siang dengan diiringi lawakan Mugi yang terkesan garing.
Pundak Gemma terasa diremas oleh seseorang.
"Gem saung, rapat" ucapnya lalu meninggalkan Gemma.
Gemma menatap bingung kearah punggung wanita yang baru saja meremas pundaknya sedikit keras. Ia mempercepat makannya sebelum menyusul kelompok yang baru saja lewat disampingnya.
"Gue duluan ya, mau rapat" pamit Gemma.
Selama rapat berlangsung Gemma seperti terbunuh oleh tatapan Lila.