Soulmate

nanik widiana
Chapter #9

9. Keputusan

Menentukan keputusan memang sulit namun bertahan pada keputusan jauh lebih sulit.

•••

Sudah beberapa hari berlalu Mario tampak gusar terhadap perasaannya sendiri, dia bingung apakah yang harus dia lakukan apakah harus memperjuangkan atau melepas Airin begitu saja. Mario tidak mau jika dia memperjuangkan cintanya nanti malah persahabatannya yang akan hancur. Mario tahu inilah resiko bersahabat dengan perempuan pasti salah satu dari mereka ada yang terbawa perasaan dan itu adalah dirinya. Mungkin memang benar melepaskan Airin adalah pilihan yang terbaik untuk dirinya begitu pun Airin, mungkin keputusannya kali ini memang sudah bulat jika dia harus melupakan Airin dan bersikap seperti semula agar tidak ada yang akan tersakiti nantinya.

Berbeda dengan Mario yang ingin melupakan dan melepas Airin Rafa justru bersemangat ingin mengejar gadis itu. Rafa semakin yakin dengan keputusannya apalagi setelah dia mengetahui jika Airin ingin membuka hatinya lagi dan memulai kehidupan barunya. Tetapi yang Rafa masih ragu adalah bagaimana nanti dengan persahabatan mereka jika Rafa mengatakan perasaannya pada Airin. Sudahlah tidak peduli apapun itu Rafa akan tetap pada keputusannya yaitu akan terus memperjuangkan cintanya dan mendapatkan Airin. Rafa tahu jika mendapatkan hati Airin sangat tidak mudah tetapi Rafa sadar karena cinta butuh perjuangan untuk mendapatkankannya dan dia akan melakukannya hanya untuk Airin.

Mereka berdua yakin jika keputusan yang mereka ambil pasti akan mempunyai resiko masing-masing dan mereka siap untuk menerima resiko itu nantinya.

***

Mario berjalan seorang diri dengan wajah yang tampak lelah terlihat jelas dari lingkar hitam dimatanya, wajahnya yang kusut dan rambut yang berantakan. Dengan lesu dia berjalan memasuki kelasnya yang masih lumayan sepi. Mario duduk dibangku biasanya sambil meletakkan tasnya diatas meja, kemudian menelungkupkan kepalanya berniat untuk tidur. Dia sangat mengantuk hingga rasanya sulit untuk membuka mata barang sedetik pun, dia begadang akibat terlalu memikirkan perasaannya pada Airin ditambah lagi tugas dari guru Kimia yang mengharuskannya lembur malam untuk mengerjakan tugas itu.

Namun baru beberapa menit dia memejamkan matanya, dia merasalan sesuatu yang kenyal dan basah menempel dipipinya sekilas, buru-buru dia membuka mata dan terkejut melihat Airin ada disampingnya sambil tersenyum manis. Untuk beberapa detik Mario terpesona dengan senyum Airin yang sudah lama tidak dia lihat. Apalagi jantungnya yang berdetak kencang saat menyadari bahwa jarak mereka yang begitu dekat hingga dia dapat mencium parfum beraroma Vanila dari gadis itu. Mario mengalihkan pandangannya dari Airin supaya gadis itu tidak tahu jika dirinya sedang gugup sekarang, apalagi ketika Airin sedang menatapnya seperti tadi.

"Udah bangun pangeran..?" goda Airin pada Mario

Sebelah alis Mario terangkat "Kalo gue pangeran, lo mau nggak jadi tuan putrinya?" Tanyanya menggoda

Airin tampak berpikir "Gimana ya.. boleh deh gue jadi putrinya asal lo pangerannya"

Mario tertawa "Sini gue cium, lo kan tadi udah nyium gue, gantian dong gue yang ciu. Lo kan putri tidur harus dicium dulu biar bangun sini Ai gue cium" Mario mengedipkan matanya membuat Airin bergidik ngeri dan menjauh.

"Enak aja gue nggak mau!"

"Yaah nggak asik lo " ucap Mario lesu

"Lo begadang ya..?" Tanya Airin setelah menyadari lingkar hitam dibawah mata pada cowok itu.

Laki-laki itu menggaruk kepalanya "Ehh iya ini gue lembur tugas Kimia" sama mikirin lo Ai lanjutnya dalam hati

"Segitunya banget" Tanpa disangka oleh Mario tiba-tiba saja Airin wajah laki-laki itu dengan lembut sambil sesekali merapikan rambutnya yang berantakan. Hal itu juga tak luput dari perhatian Mario yang sedari tadi memperhatikan Airin.

Mario menggerutu dalam hati bagaimana bisa dia melupakan perasaannya pada Airin sementara gadis itu terus bersikap seperti ini padanya, memberikan perhatian yang mampu membuat Mario terbang dan lupa kembali pada tujuan sebenarnya untuk melupakan gadis itu. Tidak! dia tidak boleh seperti ini, dia harus fokus pada tujuan utamanya yaitu melupakan Airin.

"Kalau diperhatiin lo ganteng juga Yo" ucap Airin tiba-tiba.

Mario tersenyum miring mendengar ucapan sahabatnya barusan mengapa gadis itu baru sadar sekarang bahwa dirinya memang tampan, kemana Airin selama ini. Begitu tak terlihatkah Mario dimata Airin padahal mereka selalu bersama setiap hari, kenapa Airin tidak pernah melihat dirinya sebentar saja.

"Baru sadar Ai kalo gue ganteng?" tanyanya sambil menaikkan satu alisnya .Airin menggigit bibirnya sendiri menatap wajah Mario sekarang '

kemana gue selama ini sih kenapa gue baru sadar kalau Mario itu ganteng'

"Jangan digigit Ai nanti luka" ujarnya memperingati. Airin pun langsung melepaskan gigitan dari bibirnya dengan wajah yang memerah malu.

"Hehe iya Yo nggak gue gigit lagi kok" ujar Airin cengengesan. Mario menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum simpul.

'gue aja yang gigit Ai' batinnya.

Buru-buru Mario menghapus pemikiran kotor itu. Entah kenapa melihat Airin yang menggigit bibirnya seperti tadi membuat Mario memiliki pikiran ingin melakukan seperti itu, tentunya pada Airin bukan yang lain.

Tiba-tiba dari arah pintu muncul lah tiga orang yang sedang berjalan beriringan dan bercanda bersama. Mereka adalah Adit, Doni dan Rafa. Mereka memang selalu berangkat bersama mengingat jarak rumah mereka yang berdekatan, seperti rumah Mario dan Airin.

Mereka bertiga duduk kemudian mengerubungi Mario dan Airin bersamaan. Mereka semua kaget ketika melihat wajah Mario yang nampak kusut dan lelah serta lingkar hitam dimata Mario. Sama sekali tidak seperti Mario yang biasanya.

Lihat selengkapnya