Adakah kata yang lebih tepat dari pada cemburu, ketika aku merasa tidak rela dia bersama yang lain selain diriku?
•••
Airin berharap bel istirahat segera cepat berbunyi, sungguh dia benar-benar sangat lapar karena tadi pagi tak sempat sarapan, itu semua karena dia terlambat bangun dan buru-buru berangkat ke sekolah. Dia melirik jam yang berada dipergelangan tangannya sambil berdecak 'oke lima menit lagi sabar-sabar'.
Pelajaran dari gurunya sama sekali tak diperhatikan. Namun bukannya mencatat atau apa ia malah mencoret-coret belakang bukunya dengan gambar yang tidak jelas,yang sedang ada dipikirannya sekarang adalah makan. Memang benar jika perut kosong maka otak akan sulit untuk berfikir. Seperti Airin sekarang.
kriiiiiing
Airin menghembuskan nafas lega, akhirnya bel yang ditunggu-tunggu berbunyi juga, setelah guru pengajarnya keluar Airin langsung melesat dengan cepat menuju kantin sebelum keadaan kantin penuh dengan manusia yang kelaparan.
Sampai di kantin dia langsung memesan bakso dan es teh manis lalu duduk di salah satu bangku yang ada disana, beruntung kantin tidak terlalu ramai jadi dia bisa dengan mudah mendapatkan bangku yang kosong. Airin menatap bakso yang ada didepannya dengan berbinar, dilahapnya bakso yang masih panas itu tapi bagi Airin itu tidak terasa sama sekali, yang terpenting sekarang adalah perutnya kenyang.
Namun tiba-tiba saja seseorang menepuk pundaknya membuat gadis itu tersedak es teh yang sedang diseruputnya. Orang itu menepuk-nepuk punggung Airin agar jauh lebih baik. Setelah merasa baikan Airin menatap tajam kearah orang itu.
"Lo nggak apa-apa?" tanya orang itu, Airin mendengus kesal.
Dia mendelikkan matanya "Menurut lo?!"
"Maaf deh gue nggak tau "
"Ada apa sih lo kesini ,ganggu tau nggak "
"Cuma bangku disini yang masih kosong, gue kesini lah masa gue makan sambil berdiri sih" Airin memutar bola matanya malas mendengar alasan Mario, laki-laki itu selalu memiliki seribu alasan untuknya.
Airin mengendikan bahunya "Terserah lo, gue mah apa atuh "
Tiba-tiba saja seorang gadis datang menghampiri meja Airin dan Mario sambil membawa makanan ditangannya.
"Hay gue boleh gabung nggak?" Tanya gadis itu ramah.
"Boleh kok Jen" jawab Mario dengan semangat, Airin mendengus melihat Mario yang begitu bersemangat menyambut kedatangan Jeni.
"Makasih "
"Sama-sama "
Mereka bertiga pun makan bersama,namun sedari tadi Airin terus menggerutu dalam hati ketika melihat Mario yang asik tertawa bersama Jeni. Entah kenapa Airin merasa tidak suka melihat Mario yang tertawa bersama gadis lain.Ada sedikit perasaan tidak rela saat melihat Mario terlihat begitu akrab dengan Jeni. Bahkan makanan Airin pun tidak dia makan hanya diaduk-aduk saja dan terkadang gadis itu malah menusuk baksonya dengan emosi ketika melihat Mario yang tengah membersihkan sudut bibir Jeni yang terdapat saos.
'kenapa gue jadi panas gini sih!' ucapnya dalam hati
Airin bangkit berdiri dari tempat duduknya dan segera bergegas menuju penjual bakso untuk membayar makanannya dan berniat meninggalkan Mario beserta Jeni disana. Dia sudah tidak tahan berada disana, lebih baik ia menjauh dan mencari pelampiasan lain saja.
"Loh Ai mau kemana kan makanannya belum habis" tanya Mario heran, Airin memandang Mario sinis.
"Gue udah kenyang!" balasnya ketus kemudian melenggang pergi dengan tangan yang terkepal disamping tubuhnya.
Airin menuju lapangan basket yang sepi, lalu mengambil sebuah bola yang ada disamping lapangan dan memantulkannya setelah itu melemparnya dengan kasar ke dalam ring.
Airin kembali melakukan hal yang sama berulang kali hingga keringat mengucur dari tubuhnya dan merembes sampai ke bajunya.Namun tak urung membuat Airin menghentikan aksinya untuk terus bermain basket. Dia sungguh kesal bahkan sangat kesal pada Mario. Tiba-tiba dia merasakan sesuatu membungkus tubuhnya. Airin melirik ke tubuhnya sendiri yang sekarang tengah mengenakan jaket milik seseorang.
"Lo ngapain kesini!" Ujarnya kesal
"Terserah gue dong mau ngapain, lagian lo juga ngapain main basket sampai baju lo basah gitu, nggak tau apa banyak yang liatin lo dari tadi” balas Mario santai
Airin memutar bola matanya malas "Namanya juga main basket pasti keringetan lah, lagian ini juga bukan urusan lo!"
Mario menghembuskan napasnya pelan "Lo kenapa sih Ai marah-marah mulu”
"Nggak apa-apa” jawabnya cuek
"Ai gue pengen cerita deh" ucap Mario tiba-tiba
"Cerita apaan" sahutnya malas sambil terus memantulkan bola basket dan memasukkannya kedalam ring.