Rasanya begitu sakit disaat aku mulai mencintaimu ternyata kamu sudah menjadi milik orang lain.
•••
Sudah dua minggu sejak insiden di taman waktu itu sikap Airin menjadi berubah, dia menjadi lebih diam dan suka menyendiri dibanding bersama para sahabatnya terutama Mario. Bahkan Airin lebih memilih pindah tempat duduk dengan Rafa dari pada bersama Mario, entahlah Airin merasa tidak suka jika Mario bersama Jeni ketimbang dirinya.
'nggak mungkin gue suka Mario, dia sahabat gue dia juga punya hak buat suka sama cewek lain selain gue'
Airin menggeleng-gelengkan kepalanya menepis segala pemikirannya sendiri.
"Ngapain lo Rin geleng-geleng kayak gitu?" tanya Adit yang sejak tadi memperhatikan Airin yang selalu bersikap aneh belakangan ini.
"Hah? enggak kok Dit, gue cuma pening aja" jawabnya bohong
"Eh Rin nanti malem kita-kita mau ke rumah lo ya"
"Mau ngapain?"
"Ada deh, pokoknya lo siapin makanan yang banyak ya" ucap Adit sambil tersenyum misterius, tapi tak urung Airin pun menganggukkan kepalanya.
"Yaudah gue tunggu nanti malem" balasnya
"Oke" Adit pun mengacungkan jempolnya pada Airin, gadis itu tertawa kecil menanggapi kelakuan Adit. Tanpa Airin sadari sejak tadi seseorang yang melihat semuanya itu dan dia hanya tersenyum miris, sudah lama dia tidak melihat Airin tertawa seperti itu dan mungkin itu karena dirinya.
***
Airin meletakkan setangkai bunga mawar putih diatas sebuah makam yang bertuliskan nama Arfi. Lagi-lagi air mata gadis itu jatuh membasahi pipinya, namun dengan segera Airin mengusap air matanya itu. Gadis itu berjongkok dan mengusap batu nisan seseorang yang pernah menemaninya selama dua tahun itu.
"Arfi aku mau cerita sama kamu, bolehkan?" tanyanya pada makam Arfi yang pastinya tidak akan mendapat jawaban dari orang yang ada didalam sana. Biarlah orang-orang menganggap Airin gila karena berbicara pada orang yang sudah meninggal tapi Airin tidak peduli. Dia hanya ingin menceritakan semua yang ada dihatinya pada Arfi. Karena hanya Arfi lah yang paling mengerti perasaannya.
"Aku bingung Ar sama perasaan aku sendiri, kamu tahu kan aku sama Mario itu udah sahabatan dari kecil. Apa-apa aku selalu sama dia bahkan sampai sekarang juga. "
"Aku tahu Mario juga berhak deket sama cewek lain selain aku tapi kenapa rasanya aku nggak suka kalo liat Mario sama cewek lain Ar.. A-aku kenapa sebenernya..?" Ucapnya sambil terisak pelan.
'kamu mencintainya' bisik sebuah suara diselingi hembusan angin ditelinga Airin membuat gadis itu sontak mendongakkan kepalanya yang tertunduk.
"Arfi itu suara kamu kan? aku yakin itu kamu Ar, kamu dimana Arfi aku kangen sama kamu"
'aku ada dihati kamu Ai dan selamanya akan disitu, aku merindukanmu' bisik suara itu lagi
"Ar-fi... "ucapnya dengan suara bergetar
"Nggak mungkin aku mencintai Mario, dia sahabat aku"
"Aku pulang dulu ya Ar, i love you" ucapnya lalu berjalan menjauh dari tempat pemakaman itu.
Airin berjalan gontai memasuki rumahnya menjelang petang ,sebelumnya Airin terlebih dahulu mampir ke salah satu Cafe dekat rumahnya untuk sekedar memesan minuman agar dirinya jauh lebih tenang saat pulang nanti.
Airin masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah sangat lengket seharian. Sekitar 15 menit kemudian dia keluar menggunakan tanktop hitam dan celana pendek diatas lutut. Airin sudah terbiasa memakai pakaian seperti saat berada rumahnya mengingat di rumahnya tidak ada siapa-siapa karena kedua orang tuanya yang tinggal di luar negeri.
Airin sudah terbiasa hidup sendiri, apapun itu dia lakukan sendiri dari mencuci baju, cuci piring, menyapu dan mengepel bahkan memasak pun Airin kerjakan. Airin ingin membuktikan kepada orang tuanya jika dia bisa hidup mandiri.Tanpa harus menyusahkan kedua orang tuanya.
Suara bel membuat Airin menghentikan aktivitasnya yang sedang menonton tv sambil memakan cemilannya dan beranjak dari sofa menuju pintu depan untuk melihat siapa yang datang malam-malam begini.
'siapa sih malem-malem dateng, ganggu aja ' gerutunya dalam hati
Cklek