Jika boleh aku meminta, aku tak ingin hari ini menjadi hari terakhir kita untuk bersama.
•••
Sudah tiga hari Airin tersadar dari masa kritisnya, setelah dua hari Airin tidak sadarkan diri dengan kondisi yang semakin menurun, tetapi kemudian berangsur-angsur mulai pulih hingga akhirnya sadar seperti sekarang. Orang tua Airin pun sudah berada di rumah sakit untuk menemaninya namun hanya mamanya saja yang bisa hadir karena papanya masih sibuk disana mengurus bisnis mereka. Para sahabatnya pun sangat bahagia mengetahui Airin yang sudah sadar, mereka juga selalu menemani Airin di rumah sakit, agar gadis itu tidak merasa kesepian berada di rumah sakit. Setiap pulang sekolah mereka semua selalu menyempatkan untuk hadir menjenguk Airin meskipun hanya sebentar, dan gadis itu tampak senang karena para sahabat datang untuk menjenguk dirinya. Sungguh jika tidak ada sahabatnya, gadis itu pasti akan merasa bosan berada di rumah sakit lama-lama.
Hari ini juga Airin sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit oleh Dokter karena keadaannya yang sudah membaik. Dibantu oleh sahabat dan mamanya, Airin memasuki rumahnya menggunakan kursi roda.Kecelakaan waktu itu membuat kaki kanannya patah dan membuatnya harus menggunakan kursi roda untuk sementara. Mereka semua duduk disofa panjang di ruang tamu rumah Airin. Mama Airin datang membawakan makanan serta minuman dan menaruhnya diatas meja.
"Ayo dimakan anak-anak, maaf ya tante hanya bisa menyediakan makanan seadanya" ucap mama Airin.
"Nggak apa-apa kok tante, malahan kita yang jadi ngerepotin” ucap Mario tidak enak
"Nggak kok, udah ayo dimakan"
"Ma aku mau ke kamar dulu ya" ucap Airin lemah
"Iya sayang, mau mama bantu?"
"Nggak usah Ma aku bisa sendiri "
"Baiklah sayang cepat sembuh ya" ucap mama Airin sambil mencium kening anaknya.
"Iya Ma "jawab Airin seraya mendorong kursi rodanya menuju ke kamar.
Semuanya memandang Airin dengan tatapan sedih dan prihatin, siapa yang tidak sedih jika melihat sahabatnya dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
***
Keadaan Airin kini sudah membaik, dia sudah bisa berjalan seperti dulu lagi dan mamanya pun sudah kembali ke Amerika untuk menemani papanya, karena bisnis Papanya yang sedang mengalami sedikit kendala. Kondisi Airin mungkin sudah baik-baik saja tetapi tidak dengan hatinya yang masih terluka.bAirin kini lebih sering terdiam dan menatap kosong bahkan Airin terlihat seperti orang yang tidak mempunyai semangat hidup. Di sekolah pun Airin masih sama, dia selalu menyendiri seakan menjauh dari dunia luar.
Namun Airin tidak menolak kehadiran sahabatnya terutama Rafa yang selalu menghiburnya kapanpun. Seperti sekarang dengan senang hati Rafa menemani Airin duduk di taman belakang sekolah walau nyatanya gadis itu tetap diam tak bersuara. Rafa menghembuskan nafasnya lalu mengambil sebatang coklat dari saku celananya dan memberikannya pada gadis itu. Rafa sengaja membeli coklat sebab dia tahu Airin sangat menyukai coklat, maka dari itu ia membelinya berharap jika nanti Airin tidak akan bersedih lagi. Tetapi nyatanya apa yang dia lakukan tidak mendapat respon apapun dari gadis itu, Airin masih setia menatap lurus ke depan.
"Rin lo nggak mau nih coklat dari gue? enak lho.." goda Rafa. Airin melirik Rafa sebentar lalu kembali menatap ke depan.
"Yaudah gue makan sendiri aja" Rafa pun memasukkan satu potongan coklat kedalam mulutnya. Diam-diam Airin melirik Rafa yang tengah memakan coklat itu, dalam hati Airin merutuki dirinya sendiri bodohnya dia menolak coklat pemberian Rafa yang sekarang tengah dimakan cowok itu. Coklat itu tampak begitu menggoda di matanya.
"Bener nih nggak mau? gue abisin ya--”
"Eits jangan! gue juga mau" ucap Airin menghentikan gerakan Rafa yang sedang menyuapi coklat ke mulutnya.
Rafa tersenyum puas "Nah gitu dong dari tadi, yaudah nih buat lo aja" ujar Rafa sembari menyerahkan sisa coklatnya pada Airin.
"Makasih Raf" balas Airin sembari tersenyum simpul membuat Rafa juga ikut tersenyum.
Mereka berdua tidak sadar jika sedari tadi seseorang tengah memperhatikan mereka dibalik pohon yang ada disana. Orang itu tersenyum miris kearah Rafa dan Airin yang saling melempar senyum, dia merasa bersalah dan kecewa karena tidak bisa membuat Airin tersenyum seperti itu lagi. Dia juga merasa bersalah karena jarang menghabiskan waktu dengan gadis itu sekarang, apalagi kini dia juga mempunyai kekasih yaitu Jeni dan waktunya lebih banyak kepada Jeni ketimbang Airin.
"Maafin gue Ai" gumam seseorang itu sebelum membalikkan tubuhnya untuk pergi dari sana.
Tiba-tiba ponsel Airin berdering menandakan bahwa ada panggilan masuk di hpnya. Airin pun langsung menjawab panggilan itu yang ternyata dari mamanya, dia bergerak sedikit menjauh dari Rafa.
"Halo Ma ada apa ya tumben telfon Ai" ucapnya
"Halo Ai, Mama punya kabar buruk sayang” ucap mamanya dari seberang sana dengan nada panik.
"Ada apa Ma, kalian baik-baik saja kan..?"