Penyesalan memang selalu datang terlambat dan benar aku baru menyadari itu setelah aku kehilangan dirimu.
•••
Sejak lima belas menit yang lalu laki-laki itu terus menatap foto perempuan yang menjadi wallpaper di ponselnya. Potret perempuan yang tengah tersenyum lebar sambil mengangkat kedua jarinya memghadap ke kamera. Perempuan yang selama ini menjadi penyemangatnya pergi ke sekolah. Perempuan yang sangat amat ia cintai sampai sekarang, namun dengan teganya perempuan itu pergi meninggalkannya tanpa bilang apapun kepadanya terlebih dahulu. Perasaan rindunya seakan sudah memenuhi rongga hatinya. Meskipun baru sebentar gadis itu meninggalkannya tapi perasaan rindu itu sudah sangat amat terasa di hatinya. Ternyata merindu itu menyakitkan dan jika boleh memilih laki-laki itu tidak ingin merasakan apa artinya merindu. Laki-laki itu tersenyum miris mengingat semua kenangannya bersama gadis itu, jujur saja selama ini dia belum bisa mengubur perasaan itu bahkan sampai sekarang perasaan pun itu masih ada malah semakin kuat.
Mario mengusap wajahnya dengan gusar ternyata usahanya selama ini untuk melupakan gadis itu sia-sia. Sampai saat ini ia pun masih mencintai Airin, lalu untuk apa selama ini ia berpacaran dengan Jeni jika nyatanya ia masih belum bisa melupakan Airin?. Mario mengacak rambutnya frustasi kemudian menendang kaleng yang ada didepannya untuk menyalurkan amarahnya. Namun ternyata kaleng itu justru mengenai dua orang yang ada disana, salah satu dari orang itu mengaduh namun tunggu sepertinya Mario mengenali suara itu. Suara seseorang yang beberapa bulan ini bersamanya.
Kemudian dengan langkah hati-hati dia mulai mendekati dua orang itu,pelan tapi pasti dia melangkah namun setelah sampai didekat orang itu mata Mario seketika membulat melihat siapa orang itu, dirinya benar-benar tak percaya dengan apa yang ada dihadapannya sekarang.
***
Dengan marah Mario membanting semua benda-benda yang ada di kamarnya, dia benar-benar tak habis pikir dengan kebenaran yang baru saja ia ketahui. Perasaan bersalah langsung memenuhi hatinya ketika ia mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu dimana ia membentak Airin dan lebih memilih membela Jeni ketimbang gadis itu. Menyesal, itulah yang Mario rasakan sekarang, dia benar-benar menyesal telah membentak Airin waktu itu dan malah lebih percaya pada Jeni. Apalagi setelah ia mengetahui tujuan utama Jeni berpacaran dengannya. Rahangnya mengeras ketika mengingat pertemuannya dengan Jeni tadi.
flashback
Mario menghampiri Jeni yang sedang bersama dengan seorang laki-laki dengan emosi yang memuncak, ditariknya tangan gadis itu dan menghempaskannya begitu saja. Laki-laki yang bersama dengan Jeni tadi menatap tidak suka dengan apa yang dilakukan Mario pada gadis itu. Laki-laki itu menahan tangan Mario yang hendak menarik tangan Jeni menjauh meminta penjelasan dari semua ini, dia benar-benar tidak tahu Mario itu siapa dan kenapa Mario menarik-narik tangan Jeni dengan kasar. Ia tidak suka jika Mario berbuat kasar pada gadisnya.
"Eits bro jangan kasar sama perempuan" ucap laki-laki itu santai.
Mario menatap laki-laki tajam "Diem lo! ini urusan gue sama Jeni bukan sama lo!" balas Mario dingin
"Tapi bukan begini caranya, dia cewek nggak seharusnya lo berbuat kasar sama cewek, nggak malu lo?" Laki-laki itu menatap Mario meremehkan, membuat rahang Mario mengeras. Sedangkan Jeni sendiri memilih diam mendengarkan perdebatan antara Mario dan laki-laki yang bersamanya tadi.
Dengan kasar Mario menarik tangan Jeni menjauh dari laki-laki itu, ia tidak mempedulikan teriakan dan umpatan yang dilontarkan oleh laki-laki itu. Mario menghempaskan tangan Jeni dengan kasar. Wajah Mario seakan meminta penjelasan dari gadis itu tentang siapa laki-laki yang bersamanya tadi.
"Siapa dia” ucap Mario datar.
Jeni menatap Mario sinis "Kenapa? lo nggak suka?" ucap Jeni menantang, membuat Mario geram.
“Jadi bener apa yang dikatakan Airin waktu itu, lo itu nggak baik buat gue, lo ada main belakang sama gue hah! "
Jenis tersenyum miring "Baru sadar heh! lo pikir gue mau pacaran sama lo Mario"
Kesabaran Mario seakan sudah habis dia kemudian mencengkeram lengan Jeni dengan kuat "Maksud lo apa hah! Jawab!" ucapnya marah
"Lepasin gue!” teriak Jeni sambil mencoba melepas cengkraman Mario di lengannya, cengkramannya terlalu kuat hingga membuat lengannya sakit.
"Nggak akan! sebelum lo jawab apa maksud perkataan lo tadi "
"oke gue bakal jelasin"ucap Jeni pada akhirnya.
Mario langsung melepaskan cengkeramannya di lengan Jeni yang sudah memerah. Jeni pun langsung mengusap bekas cengkraman Mario tadi.
Jeni menatap Mario penuh kebencian lalu tangganya menunjuk wajah Mario "Gue cuma mau bales dendam sama lo Mario! lo inget, dulu ada cewek yang nyatain perasaannya sama lo terus dengan gampangnya lo tolak dia! lo tau dia siapa? dia adek gue! dan gara-gara lo juga adek gue depresi puas lo udah ngancurin hidup adek gue!" ucap Jeni dengan amarah yang menggebu-gebu.