Adren berjalan di lapangan kampus, menggendong ranselnya, mengenakan masker, menuju kelas. Kampus sepi karena mahasiswa semester awal kuliah online. Tiba-tiba MONA(22 th) salah satu teman perempuannya menghampiri. Mona sedang merasa panik dan agak kesal.
“Dre! Mau kemana?” Tanya Mona.
“Hey Mon! Mau ke sekre.”
“Duh.. Lo bilangin gih temen-temen lo Dre! Biar enggak pada nyolot.” Mona mengeluh.
“Kunaon sih?” Tanya Adren.
“Anak-anak cowo lagi ribut sama anak Penyiaran! Kelakuannya pada kayak preman padahal lagi diskusi!” Mona menggerutu.
“Siapa yang mulai!?”
“Dua-duanya lah Dre! Kayak enggak tau aja!”
“Gara-gara TA?”
“Lo liat aja lah di sekre.. lagi keos Dre!”
Adren lanjut berjalan cepat meninggalkan Mona.
----
Nuril(22 th) wakil dari Prodi DKV sedang saling cengkram dengan Sandi dari prodi Penyiaran. Ada masing-masing 4 orang lainnya yang bergumul di sekeliling, berusaha memisahkan sambil saling dorong. Keadaan ribut. Beberapa orang lagi melerai dengan berteriak. Lalu Adren datang dengan Mas Arwan(37 th) seorang dosen muda yang menjabat sebagai Kepala Program Studi (biasa dipanggil Kaprodi).
“Woy! Berhenti!” Teriak Kaprodi.
Mereka menoleh, perkelahian berhenti. Mereka saling mendorong, memisahkan diri.
“Apa-apaan sih!? Udah jadi mahasiswa, nyelesaiin masalah masih pake fisik! Payah lo semua!” Kaprodi mengomeli mereka.
“Ini awalnya juga diskusi Mas, tapi pada nyolot!” jawab Nuril sambil terengah-engah.
“Sama aja! Kalian mau gua bikin ngulang semester depan? Hah!?” sentak Kaprodi lagi.
“Enggak Mas!” para Mahasiswa menjawab.
Keadaan hening. Kaprodi menatap mereka semua.
“Daripada ribut kayak orang enggak punya ilmu gini, mending sekarang wakil DKV dua orang sama wakil penyiaran dua orang, ngomong di dalem! Yang lain tunggu diluar!” Kaprodi masuk salah satu kelas.
“Dre! Lo aja yang masuk yah!” kata beberapa orang disana menunjuk Adren.
“Jangan aing ah!” Adren menolak, malas.
“Dre! Lo mah kan orangnya bisa santai! Biar enak diskusinya enggak riweuh!”
Adren menimbang-nimbang sebentar.
“Yaudahlah sok! Tapi sama siapa?” tanya Adren. Nuril berjalan melewatinya, menatapnya sinis.
“Sama aing!” sahut Nuril, dingin. Nuril masuk duluan. Adren terlihat berat hati karena masuk bersama Nuril, sebab ia tahu Nuril adalah orang yang keras dan mudah terpancing emosi.
----
Kaprodi duduk di meja dosen. Adren dengan Nuril duduk bersebelahan, lalu ada Sandi dan juga Ernest duduk si sisi lainnya.
“Kenapa? Inti masalahnya apa?” tanya Kaprodi.
“Soal event akhir! Buat TA kami Mas!” jawab Nuril.
“Kenapa kalian berebut pengen ngadain event di minggu terakhir?”
“Karena minggu selanjutnya kegiatan kuliah udah nonaktif Mas! Makin dikit partisipannya! Kita udah tag tanggal itu sejak lama, tiba-tiba anak Penyiaran rubah jadwal dan mau ngambil jadwal kami!” jawab Nuril lagi.
“Karena kalian juga belum ada kepastian kan!? Baru rencana?!” bantah Ernest dari perwakilan prodi penyiaran.
“Rencana naon kehed!? Itu udah keputusan akhir! Kita udah ngajuin tanggal ke Kajur! Tinggal persiapan!” sentak Nuril balik.
“Guys! Tenang dulu! Dibawa santailah tolong!” sahut Adren.