Jika engkau Bintang, jangan pernah merasa engkau kecil di angkasa yang luas ini.
Dan jangan pernah engkau merasa iri pada Sang Matahari yang terlihat begitu besar, yang bersinar begitu terang, yang seolah seluruh galaksi memujanya dengan menjadikannya poros.
Sebab kenyataannya Bintang dan Matahari itu sama. Sama-sama bintang yang bertugas menyinari bumi, yang memiliki sinarnya masing-masing.
Yang bahkan mungkin tengah sama-sama mendamba. Mendambakan Sang Rembulan.
Mungkin jika di antara Matahari dan Bintang memang ada yang merasa iri terhadap satu sama lain, itu pastilah Sang Matahari.
Sebab walau Matahari terlihat begitu menyilaukan dengan sinarnya, serta terlihat begitu gemerlap dengan posisinya sebagai poros yang seolah dipuja oleh seisi galaksi.
Matahari tetaplah Matahari, yang takkan pernah bisa bersatu dengan Sang Rembulan yang begitu ia dambakan.
Sekeras apapun ia berusaha, bahkan hingga mengorbankan sinarnya untuk membuat Sang Rembulan terlihat bersinar. Keduanya takkan pernah bisa bersatu.
Mungkin jika Matahari ingin egois, ia dapat terus bersama dengan Bulan ketika Gerhana tiba.
Dengan cara, menahan Bulan untuk tetap berada di sisinya. Seolah ingin menghentikan waktu yang mengalir di antara mereka.
Hingga membuat bumi kehilangan sumber cahayanya yang begitu berarti bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup yang ada.
Hingga membuat sistem Tata Surya berantakan, sebab porosnya memilih berhenti.
Matahari-lah yang seharusnya merasa iri pada Bintang.
Bintang dapat selalu berada di sisi Bulan, menemaninya berbincang sepanjang waktu, sebab mereka berada di sisi langit yang sama.
Bintang dan Bulan dapat bersatu dengan mudah, tanpa perlu memikirkan keberlangsungan kehidupan mahkluk lainnya.
Karena takkan ada perubahan yang begitu besar, sekalipun keduanya bersatu.