Sound of Spring

MichelleJ
Chapter #3

Bab 02

Irisku menatap sederet angka yang baru saja dicetak oleh mesin printer sebuah bank di buku tabunganku. Sederet angka yang menunjukkan nominal uang yang kumiliki di tabunganku.

Melihat jumlah uang yang kumiliki saat ini setelah sekian lama menabung uang yang kudapatkan dari pekerjaanku sebagai fotografer lepas dan juga hasil dari kerja sambilanku di beberapa tempat selama beberapa tahun belakangan membuatku menyunggingkan sebuah lengkungan kurva di kedua belah bibirku.

Tentu aku tersenyum senang dan puas. Sebab kini uangku cukup untuk mewujudkan hal yang sejak lama kuinginkan. Mungkin dapat dikatakan sebagai impianku sejak lama. Sebab telah cukup lama aku memiliki tekad mengumpulkan banyak uang untuk dapat dengan segera membawa teman semasa kecilku mewujudkan impiannya.

Ia memiliki impian yang cukup sederhana sebenarnya, hanya ingin pergi menikmati keindahan musim semi secara langsung. Namun sayangnya ia tak dapat dengan mudah mewujudkannya, sebab negaranya tidak memiliki musim semi. Ia lahir dan tinggal di Indonesia yang hanya memiliki dua musim yaitu musim hujan dan kemarau.

Sedangkan aku, lahir dan tinggal di Amerika. Dan sempat tinggal di Indonesia beberapa tahun ketika aku kecil dulu, menjadi tetangganya sehingga kami dapat menjadi teman dan masih berteman sampai detik ini.

Aku cukup fasih berbahasa Indonesia karena papaku memiliki cabang perusahaan di sana, dan aku sempat tinggal di sana beberapa tahun. Dan menurutku mempelajari bahasa Indonesia tidaklah sulit. Sedangkan Starhecy Ambretian, si teman masa kecilku itu juga cukup fasih berbahasa Inggris, karena telah terbiasa sedari kecil berinteraksi dengan kakeknya yang orang Amerika.

Ia mendengar banyak hal mengenai berbagai musim yang tidak ada di negaranya dariku, seperti misalnya musim panas, musim gugur, musim salju dan musim semi. Musim yang paling membuatnya tertarik ialah musim semi, sehingga semenjak saat itu ia memiliki impian untuk menikmati musim semi secara langsung.

Dan entah sejak kapan aku pun jadi memiliki keinginan untuk dapat membantunya mewujudkan impian tersebut, bahkan ingin menjadi sosok orang yang ambil bagian dalam impiannya, menjadi satu-satunya yang setia menemaninya dalam segala situasi juga ketika impiannya berhasil terwujud.

Maka semenjak itu aku memiliki tekad untuk membawanya berlibur ke negara yang memiliki musim semi agar ia dapat menggapai impiannya.

Maka dari itulah aku mulai mengumpulkan uang yang berawal dari menyisihkan sedikit demi sedikit uang jajanku, juga menabung uang yang kudapatkan dari bekerja menjadi seorang fotografer lepas dengan menjadi juru kamera di berbagai acara besar maupun kecil, formal dan tidak formal. Serta semenjak usiaku sudah boleh bekerja part-time aku langsung mencari-cari dan langsung melamar agar aku dapat bekerja untuk semakin mempercepat proses pengumpulan uangku, hingga akhirnya mendapat uang dalam jumlah yang cukup banyak untukku dan untuknya berlibur bersama nanti.

Sebenarnya tentu bisa saja aku meminta uang dari orang tuaku, namun aku yang tidak ingin. Aku ingin membuatnya bahagia dengan uang hasil kerja kerasku sendiri, uang yang kukumpulkan sedikit demi sedikit dengan susah payah. Sebab tentu tak sedikit nominal uang yang kubutuhkan untuk membawanya berlibur bersama denganku.

Aku ingin melihatnya tersenyum bahagia karena usahaku. Sebab bagiku senyumannya sangat indah, dapat menularkan kebahagiaan pada diriku hingga membuatku ikut tersenyum.

Terkadang aku tak habis pikir bagaimana bisa dia tersenyum secerah itu ketika dia bahkan memiliki masalah berat dalam kehidupannya, yang jika itu terjadi padaku maka akan kuanggap sangat berat sampai dapat membuatku putus asa. Namun tidak dengannya, semangat hidupnya begitu tinggi, hingga terkadang membuatku malu sendiri karena tidak bisa menikmati hidup sebahagia dirinya walaupun ia memiliki banyak kekurangan yang mungkin menjadi sebuah tantangan berat dalam kehidupannya.

Kuletakan buku kecil yang sedari tadi kupandangi dengan senyuman ke atas meja, beralih meraih sebuah map berisikan kertas-kertas brosur berisi informasi paket liburan berbagai negara. Membuka map tersebut dan mengambil selembar brosur yang di dominasi warna merah muda lembut yang berasal dari bunga sakura, brosur itu menampilkan indahnya musim semi di Negeri Sakura tersebut.

Menurutku sudah paling pas membawa Starhecy ke Jepang untuk menikmati musim semi, sebab menurut pengamatanku musim semi di sana sangat indah dengan adanya banyak sekali pohon bunga sakura yang tengah bermekaran dengan cantiknya.

Terlebih aku pun juga belum pernah sekalipun pergi ke negara tersebut, maka di sana kami berdua akan sama-sama berpetualang, menelusuri hal yang sama sekali asing dan belum pernah kami lakukan. Pasti akan menjadi unforgettable experience bagi kami berdua, serta menjadi kenangan paling indah bagi kami.

Membayangkannya saja aku sudah tidak sabar, aku tak sabar melihatnya tersenyum dengan begitu bahagianya.

"Let's meet again, Star." Netraku beralih memandang langit cerah yang seakan ikut tersenyum bahagia bersamaku dari balik jendela yang berada tepat di depan meja di hadapanku.

Lihat selengkapnya