Rintik hujan turun semakin deras malam itu. Membuat Wira segera menghentikan motornya dan berteduh di depan sebuah kios yang sudah tutup.
“Kenapa hujannya nggak entar aja sih kalau gue udah nyampe kos?” keluh Wira sambil menatap jalanan yang mulai tergenang dengan aliran air hujan.
Tepat setelah itu ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk.
Wira merogoh saku celana dan mendapati nama Brian tertera pada layar Iphone X miliknya.
Segera ia menggeser layar hijau dan menempelkan benda petak itu di dekat telinganya.
Suara Brian langsung menyambutnya. Bersautan dengan dentuman musik yang sangat kencang dan sudah pasti berasal dari kamarnya.
“Wira gue titip nasi goreng deket pertigaan ya. Dua sama buat Ayi juga. Kita kelaperan nih di kos nggak ada makanan apapun. Si Ayi keabisan stok!”
Wira memutar bola matanya malas. Setengah menyesal sudah mengangkat panggilan dari salah satu sobatnya itu.
“Kenapa kalian nggak pesen go food aja?” Wira berbicara agak keras untuk mengalahkan suara hujan dan petir yang mulai bersautan.
“Hujan Wir, kasian abang go foodnya.”
“Dikira gue juga nggak kehujanan?”
“Ah elah Wir, kan lo sekalian balik kos.” Mencoba untuk sabar menghadapi manusia yang kadang kurangajar ini, Wira mengembuskan napasnya kesal.
“Pokoknya nitip ya Wir, uangnya entar gue ganti sekalian gue kasih tip. Eh nggak gue deh, Ayi yang ngasih!” Setelahnya suara tawa Brian terdengar memekak telingan.
Wira langsung mematikan sambungannya dan mengumpat pelan.
Bersamaan dengan itu seorang cewek berlari ke arahnya. Lebih tepatnya ke arah Kios yang menjadi tempat berteduh Wira.
Cewek itu berdiri di sebelah Wira. Ia sibuk mengusap-ngusap bajunya yang basah terkena hujan.
Wira hanya diam memperhatikannya. Ia tahu cewek itu, dia adalah temannya Leo yang ia temui beberapa waktu lalu.
Tidak ada kesan baik yang ia tinggalkan untuk Wira saat pertama kali bertemu. Wira berharap cewek itu tidak menyadari kehadirannya. Ia sedang malas untuk berbasa basi.
Sayangnya Tuhan tidak mengabulkan doanya. Detik itu juga tatapan Wira bertemu dengan manik hitam cewek itu yang langsung melebar seketika.
“Loh, Wira?” ujarnya kaget. “Lo inget gue nggak? temennya Leo.” Senyum lebar menghiasi wajah cewek itu. Padahal sebelumnya wajahnya tertekuk kesal karena harus terjebak hujan, tapi sekarang ia bersyukur hujan turun malam ini.
“Gue Cantika, panggil aja Cantik.” Mendapati Wira yang hanya terdiam membuatnya kembali berujar.
Sementara Wira mengerutkan dahinya. Seingatnya nama cewek itu Aira, kenapa sekarang jadi Cantika? Ia tidak mungkin salah ingat.
Wira bukan tipe orang yang memiliki ingatan dangkal seperti Ayi.