Minggu pagi yang damai mendadak rusuh ketika Brian, penghuni kamar sebelah yang menyalakan speaker dan menyetel lagu Korea dengan volume yang sangat kencang.
Wira yang saat itu sedang menggunting kuku langsung terlonjak kaget dan refleks mengumpat, walau setelahnya buru-buru istigfar sambil ngelus dada.
Memang sepertinya tidak akan ada hari tenang bagi Wira semenjak ia memutuskan pindah ke kos ini. Wira setengah menyesal kenapa tidak bertahan saja di apartemennya yang dulu seperti yang Leo lakukan.
Setidaknya di sana ia akan mendapatkan ketenangan. Leo juga bukan tipikal tetangga yang hobi ngurusuh kaya Brian.
Kepindah Wira ke kos ini tidak lain demi sang mantan. Nindy memang dikenal sebagai cewek matrealistis. Dia tidak akan mau jalan kalau Wira tidak menjemputnya dengan mobil. Ia pun hanya ingin pergi ke tempat-tempat mewah atau berkelas.
Mana pernah Wira makan di warteg saat masih berpacaran dengan Nindy.
Karena itulah Wira memutuskan untuk pindah dari apartenen ke kos kosan tanpa sepengetahuan orang tuanya. Uang yang seharusnya dipakai untuk membayar apartemen, Wira alokasikan sebagian untuk modal pacaran.
Kalau kata Ayi sih goblok, mau maunya pacaran sama cewek kaya gitu. Iya, Wira memang sebucin itu sama Nindy.
Karena telepas dari sifat matrenya, dia adalah cewek yang baik. Seenggaknya lebih baik daripada mantan Brian yang membuat cowok itu jadi trauma dengan hubungan serius.
Setelah menyelesaikan kegiatan menggunting kukunya, Wira ke luar kamar dan menyelonong masuk ke kamar Brian untuk mematikan speaker.
Untung saja si pemilik kamar sedang berada di kamar mandi. Jadi Wira tidak usah repot-repot berdebat dulu dengannya.
"WOY SIAPA YANG MATIIN LAGU ITZY GUE!" Tak lama terdengar teriakan Brian, tapi Wira terlihat bodo amat dan memilih menyeret kakinya kembali menuju kamar.
"Anying mata gue perih kena shampo kan jadinya!" Wira terkekeh mendengar umpatan sobatnya itu.
"Ngapain lo ketawa-ketawa sendiri Bang?" Gian tiba-tiba muncul dari arah dapur sambil membawa secangkir kopi yang masih mengepul.
"Tuh, abang lo udah gila!" sahut Wira sambil menunjuk kamar Brian dengan jari telunjuknya.
"Bang Brian kan emang udah gila dari dulu." Gian dan Wira kompak tertawa.
"Btw Bang, mau kemana dah rapi bener." Gian memandang penampilan Wira dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sangat kontras dengan penampilannya yang hanya berbalut kaos oblong dan celana pendek selutut.
"Kampus Gi."
"Rajin bener Abangku yang satu ini hari libur aja ke kampus."
Wira cuma nyengir mendapat pujian member termuda Antares itu.
"Dah ya gue mau siap-siap!" Wira kemudian masuk ke kamarnya dan memasukan barang-barang ke dalam tas punggungnya sebelum berangkat.
Sambil berjalan ke arah parkiran, Wira bersiul santai dan memainkan gantungan kunci motornya.
Sebenarnya motor yang dibawa Wira sekarang adalah motor adiknya yang nganggur di rumah karena si pemilik tinggal di asrama dan tidak diperbolehkan membawa kendaraan.