Aira memoleskan make up pada wajahnya sambil bersenandung riang. Puas akan bayangannya sendiri yang terpantul di cermin. Aira sangat bersyukur Tuhan menganugerahinya wajah yang cantik.
Malam ini Aira akan kencan dengan Wira, walau kenyataannya hanya makan malam sebagai hasil negosiasi mereka tadi malam. Jadi setelah Aira diomeli panjang lebar oleh Wira ia berjanji akan menghapus video rekaman itu dengan syatat Wira harus menemaninya makan malam kapanpun ia mau. Dan kurang dari lima belas menit yang lalu Aira baru mengabari Wira kalau hari ini ia ingin makan bersama.
Tentu saja Wira mengoceh sambil memaki-maki Aira saat cewek itu meneleponnya, tapi Wira tetap menuruti Aira dan akan menjemputnya beberapa menit lagi.
Begitu suara klakson motor terdengar Aira segera menyambar sling bagnya dan berlari menuruni tangga setelah mengunci pintu kamarnya.
Ia tersenyum lebar melihat sosok Wira yang kini memandangnya kesal. "Mau makan dimana?" tanyanya dengan nada jutek.
Aira bisa maklum.
"Ayo gue tunjukin jalannya!" Aira naik ke atas motor Wira setelah memasang helm dan menaikan kacanya agar tak menghalangi pandangan.
Wira menurut tanpa banyak bicara. Sudah lelah menyesali pertemuannya dengan Aira. Kalau saja mesin waktu itu ada mungkin ia akan memutarnya ke hari dimana ia bertemu Aira lalu ia akan menghindarinya agar mereka tidak saling mengenal.
Sayangnya semua itu tidak mungkin terjadi. Mesin waktu adalah cerita lama yang pernah ia percayain keberadaannya saat masih di bangku Sekolah dasar.
Kurang dari sepuluh menit motor Wira berhenti di depan sebuah kafe kekinian. Banyak anak muda yang nongkrong di sana. Tanda Free wifi tertulis jelas di papan pintu masuk.
Aira menyeret Wira yang bahkan tidak sempat untuk protes. Karena begitu masuk, Aira membawanya ke meja dimana Nindy berada.
Di meja itu ada Nindy dan seorang cowok yang tidak Wira kenal. Nindy tampak terkejut melihat Wira. Begitu pun dengan Wira.
"Kita boleh gabung di sini nggak?" Pertanyaan Aira membuat Wira melotot kaget. Cewek ini pasti sudah sakit jiwa. "Meja lain penuh soalnya."
Aira jelas berbohong. Nyatanya masih ada beberapa meja kosong di pojok sana, tapi ia tetap bersikukuh ingin bergabung dengan Nindy dan temannya.
"Silakan!" si Cowok merpersilakan Aira dan Wira bergabung. Sementara Nindy hanya diam sambil memalingkan wajah.