Entah bagaimana ceritanya Aira bisa hangout bareng Kei yang berujung mengajak Gian dan Brian bergabung. Namun yang datang malah Brian dan Wira.
Kedua cewek itu langsung mengerutkan dahi kompak.
"Loh, Giannya gak ikut?"
"Kok lo yang dateng?"
Kei dan Aira berujar disaat yang bersamaan. Lalu saling pandang sebelum tertawa pelan. "Barengan deh kita," kata Kei.
"Si Gian mau berangkat rapat sama temennya!" jawab Brian, tapi Kei tidak percaya. Ia memicingkan matanya curiga. Setau Kei, Gian tidak mengikuti kegiatan apapun di kampus.
"Tanya aja kalau gak percaya." Brian kembali berujar. Ya, dia memang tidak berbohong sepenuhnya. Gian memang ada agenda rapat malam ini dan Brian mensabotase ponsel Gian ketika pemuda itu bilang ada pesan dari Kei.
Brian kemudian membalas pesan Kei dan melarang Gian untuk datang. Sebagai gantinya ia meminta Wira untuk menemaninya meski harus berbohong dulu dengan mengatakan kalau ia minta diantar membeli senar baru untuk gitar Ayi yang tak sengaja ia patahkan.
"Bri, katanya lo mau beli senar. Kok malah ke sini?" Brian cengengesan.
"Beli senarnya nanti pas pulang."
"Sialan, lo ngibulin gue ya?" Wira berdecak kesal. "Gue cabut aja kalau gitu."
"Eits tunggu!" Kei buru-buru menahan lengan Wira sebelum cowok itu pergi.
"Karena kalian udah di sini, yaudah kita barengan aja." Bola mata Aira melotot. Jelas ia ingin protes, tapi Kei langsung mengamit lengannya di sebelah kiri. Sementara sebelahnya lagi mengamit lengan Wira. "Ayo!"
Brian tercengang saat Kei meninggalkannya begitu saja. Sambil memaki pelan, Brian mengekor mereka. Ia berasa jadi manusia tak kasat mata.
"Kata Leo kalian kalau ketemu sering berantem ya?" tanya Kei dengan senyum mengembang di wajahnya. "Khusus malam ini gak boleh berantem dulu ya, kita have fun pokoknya."
Baik Aira maupun Wira sama sekali tidak menjawab. Keduanya kompak memalingkan wajah ke arah lain.
"Mau nonton dulu apa makan dulu?"
"Makan!" Brian menyahut dari belakang.
"Oke, kalau gitu kita nonton dulu." Kei sengaja memilih opsi yang berlawanan dari Brian. Dia memang ahlinya mempermainkan Brian.
Sampai di bioskop, mereka berempat sibuk melototi poster film yang saat itu sedang tayang. Ujung-ujungnya berdebat karena Kei dan Brian menginginkan film yang berbeda.
Kali ini Aira tidak ikut-ikutan. Ia tak begitu suka nonton di bioskop. Aira lebih suka nonton film di laptop sambil rebahan ditemani berbagai macam snack kesukaannya.
Menit berikutnya Kei dan Brian beranjak untuk membeli tiket. Cukup lama karena antreannya lumayan panjang. Mereka meninggalkan Aira dan Wira dalam keheningan.
Wira sibuk dengan ponselnya dan Aira sibuk memperhatikannya. Ingin ngajak ngobrol, tapi takut berantem kaya biasanya.
Hingga Wira mendongkak dan menangkap basah Aira yang sedang menatapnya. "Ngapain lo ngeliatin gue?"
"Salah sendiri kenapa muka lo ganteng, jadi mata gue ngeliatnya kesitu terus. Nggak ada kak Bray pula yang bisa ngalihin pandangan gue."
Wira mengerjap. Ia bingung harus berekspresi seperti apa. Kalimat Aira sebenarnya sarat akan pujian, sayangnya dilontarkan dengan nada menyebalkan.
"Nggak usah kepedean ya. Gue bilang ganteng bukan berarti gue naksir!"
"Terserah!" Akhirnya kalimat itu yang keluar dari mulut Wira.