Pagi sekali bahkan sebelum fajar mulai menyingsing, Wira menemukan kunci mobilnya tergeletak di depan pintu kamar bersama secarik kertas dan sebuah mie instan rasa ayam bawang.
Wira memungut ketiga benda itu lalu membaca tulisan yang tertera di sana. Ia kenal betul siapa pemilik tulisan itu. Siapa lagi kalau bukan Brian si biang onar.
Wir sori yg kemarin. makasih juga hehehehe sayang Wira deh
Ini mie special sebagai permintaan maaf ^__^
Wira berdecak melihat tingkah kekanakan Brian. Entah pulang jam berapa cowok itu semalam, Wira sampai ketiduran saat menunggunya pulang. Amarahnya juga sudah mereda. Niat untuk menghabisi Brian menguap entah kemana.
Selanjutnya Wira berderap menuruni tangga dan mengeluarkan motor dari garasi. Ia sudah ada janji dengan Aira sebagai bentuk terima kasih atas insiden kemarin dan Aira hanya meminta Wira untuk menemaninya Jogging di lapangan atletik.
Aira sudah sampai di sana lebih dulu dan sedang melakukan pemanasan ketika Wira tiba dan menghampirinya. Langit perlahan mulai mengeluarkan cahaya kemerah-merahan di ufuk timur.
Wira menguap lebar. “Ngapain sih lo jogging jam segini?” tanyanyanya sambil melepas jaket dan meletakannya di pinggir lapangan.
“Mumpung belum panas tau terus enak sepi juga.”
Meski Aira merupakan salah satu anak UKM Mapala yang kerap kali dianggap sebagai cewek strong dan identik dengan kegiatan fisik, tapi Aira tidak begitu menyukainya.
Kalau bukan karena seniornya yang menyuruh, Aira juga tidak mau repot-repot jogging. Mending tiduran sambil nonton kartun pagi di televisi.
Jadi ceritanya Aira sudah beberapa kali bolos latihan fisik, alhasil seniornya menyuruh Aira latihan sendiri untuk menebusnya lalu mengirimkan video sebagai bukti. Mau tidak mau Aira harus melakukannya.
“Gue cuma bantu ngerekam doang kan?” Wira mengeluarkan ponselnya bersiap merekam Aira.
“Yang bagus ya, mau gue buat snapgram juga.” Setelah itu Aira mulai berlari mengikuti track yang ada. Selain mereka berdua, di ujung barat ada tiga orang lainnya yang sedang melakukan pemanasan. Dari bajunya Aira dapat melihat kalau itu anak-anak UKM olahraga.
Begitu selesai satu putaran penuh, Wira berhenti merekam dan menyodorkan sebotol air mineral pada Aira.
Cewek itu menerimanya dan menegaknya perlahan. “Wir, ikut gue yuk!”
Belum sempat menjawab, tangan Wira sudah lebih dulu ditarik Aira dan dibawanya menuju sisi lain lapangan. “Fotoin gue di sini dong, cakep banget nih cahayanya.”
Wira berdecak malas, tapi tak urung mengikuti perintah Aira. Pokoknya cukup hari ini saja ia mau disuruh-suruh sama cewek itu. Gak ada lain kali, bila perlu mereka tidak usah berurusan lagi.
“Lanskap Wir jangan potret, biar pemandangannya juga kebawa!” Wira menggerutu pelan sementara Aira berpose di depan sana. Berdiri ke arah lain dan berlagak seolah sedang lari. Bahasa kerennya candid.
“Bagus gak? coba liat, kalau jelek ulang lagi!” Begitu kata Aira sebelum merebut ponsel Wira lalu berdecak kagum dengan hasilnya. “Kamera iphone terbaik emang.”
“Udah kan? ayo pulang. Lo ke sini cuma mau foto-foto doang kan bukan jogging beneran?” Aira nyengir. Sebenarnya tadi saat berangkat ia sempat memiliki semangat untuk jogging setidaknya berniat melakukan empat putaran, tapi begitu menyelesaikan putaran pertamanya ia mengeluh capek.
“Bentar, bentar.” Aira mengubah camera ponsel Wira menjadi mode selfie lalu menarik Wira agar mendekat. “Foto dulu sini, kapan lagi kan lo foto bareng selebgram kaya gue.”