Suasana ruang studio tampak kacau bilamana Antares mulai berulah. Bukannya serius latihan untuk festival band besok malam, mereka malah nyanyi-nyanyi gak jelas seolah sedang karaoke. Brian tentu paling bersemangat dan Leo kali ini bertingkah sedikit gila. Mau ngilangin stres katanya.
Gian tertawa melihat kelakuan kakak-kakak tersayangnya. Ayi yang berada di samping Wira langsung bergumam, "Hey cewek-cewek, beginilah tampang Gian kalau lagi ketawa."
Wira terkekeh. Ia jadi ingat keluhan Kei beberapa waktu lalu perihal muka datar Gian. Katanya ia ingin Gian lebih berekspresi dan lebih banyak tersenyum, tapi Gian langsung menolak mentah-mentah.
"Bang Leo kenapa tumben banget mau ngeladenin bang Bri?" Gian berujar tak lama kemudian.
"Lagi stres dia," jawab Wira lalu menjauh dari keyboardnya dan memilih duduk di kursi memperhatikan mereka. Ayi mengikutinya sambil menyimpan gitar di pojok ruangan dan mengeluarkan laptop dari dalam tasnya.
"Nugas dulu deh gue."
"Ah gue juga!" Mendengar Ayi ngomongin tugas, Wira jadi ingat tugas kuliahnya juga yang harus ia kumpulkan hari senin nanti. Dan akhirnya mereka milih nugas sekalian istirahat sebelum nanti kembali berlatih.
"Adek kesayangan abang, keluar yuk beli cemilan!" Brian merangkul Gian dan menyeret cowok itu keluar studio tanpa memberikan celah bagi Gian untuk menolak. Sementara Leo memilih bergabung dengan Wira dan Ayi.
"Aira ngechat lo gak Wir? dari kemaren hapenya gak aktif." Leo menarik kursi dan duduk di atasnya.
"Muncak dia."
"Hah, kemana? tumben gak bilang-bilang, biasanya dia suka pamer."
"Ciremai."
"Kan sekarang bilangnya ke Wira Yo, posisi lo udah kegeser." Ayi tertawa pelan tanpa mengalihan pandangannya dari layar laptop.
"Gak juga, kebetulan gue kemaren nganter dia beli sepatu terus dia cerita."
Leo dan Ayi tersenyum penuh makna. "Oh, udah ke tahap antar jemput nih? padahal biasanya kalau ketemu langsung ribut, sekarang diem-diem di belakang kita malah sering ketemuan."
"Benci jadi cinta tuh Yo."
"Apaan sih! gue gak ada apa-apa sama dia," sangkal Wira yang malah membuat kedua temannya tergelak.
Leo menepuk pundak Wira lalu berkata, "Gue restuin kok Wir, walaupun Aira agak aneh tapi dia cewek yang baik. Gak maksud mau bandingin, but she is better than your ex."
Wira tahu Leo bukan tipe orang yang akan berbicara sembarangan, tapi rasanya terlalu cepat untuk menilai mereka berdua. Bagi Wira, Nindy masih tidak tergantikan. "Gue tau lo temen deketnya Aira, tapi gue gak butuh dicomblangin."
"Gue bukannya mau ngecomblangin lo Wir. Gue cuma ngasih tau aja, siapa tau di tengah jalan lo ragu sama perasaan lo."
Wira tak menjawab. Tangannya fokus menekuni buku tulis dan sesekali membuka kalkulator scientificnya. Pura-pura tidak mendengar apa yang diucapkan Leo, tapi pada dasarnya Wira itu mudah dipancing.
"Oh iya, lo deket sama Aira dari kapan Yo?"